Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan daya beli masyarakat Indonesia tergolong rendah.
Meski pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar 4,93%, namun porsi konsumsi masyarakat lebih banyak dialokasikan untuk barang yang habis pakai.
Direktur Program INDEF Esther Sri Astuti menjelaskan kondisi tersebut menandakan daya beli masyarakat masih rendah.
Baca Juga: Biar Ekonomi Indonesia 2023 Tak Alami Deselerasi, INDEF Beri Tiga Rekomendasi
"Karena hampir semua pendapatan yang diperoleh digunakan untuk membeli makanan dan perlengkapan rumah tangga," kata Esther saat konferensi pers virtual, Selasa (7/2/2023).
Merujuk pada data yang ia paparkan, pengeluaran masyarakat untuk kategori makanan dan minuman tercatat sebesar Rp1.065,13 triiun. Angka ini mencakup 40,32% dari total porsi konsumsi rumah tangga.
Adapun untuk pengeluaran perlengkapan rumah tangga, besarannya mencapai Rp332,71 triliun atau sekitar 12,59%.
Menurut Esther, capaian tersebut berbeda dengan pengeluaran untuk kategori kesehatan dan pendidikan. Esther melihat masyarakat menginvestasikan konsumsinya ke kesehatan dan pendidikan hanya sekitar 6,89% dari total konsumsi rumah tangga. Secara nilai, angkanya sebesar Rp182,09 triliun.
Melihat kondisi tersebut, Esther mendorong pemerintah untuk mengganti strategi peningkatan daya beli masyarakat dengan lebih menitikberatkan pada upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), bukan terfokus pada program bantuan sosial (bansos).
"Dengan ini, kemampuan masyarakat bisa meningkat sehingga mereka bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti