Pertumbuhan Ekonomi RI Kuat Ditopang Domestic Market, Menko Airlangga: Ini Pencapaian Extraordinary!
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat impresif sebesar 5,31% meski diterpa pandemi Covid-19 dan kondisi pasang surut global. Hal ini, kata dia, berkat kuatnya domestic market.
"Ya, pertama pencapaian ini menjadi katakanlah extraordinary di tengah tekanan global yang pertumbuhannya rendah. Artinya global sekitar 4%. Jadi capaian Indonesia ini di atas global," ungkap Airlangga, dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (8/2/2023).
Baca Juga: Genjot Lahirnya Banyak Startup Baru, Menko Airlangga Dukung Pembangunan Kawasan Transformasi Digital
Menurut Airlangga, pencapaian ini tentu tidak datang begitu saja. Hal ini, jelas dia, berkat kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui kebijakan tiga tahun penanganan Covid.
"Itu keseimbangan antara gas dan rem, kemudian pembentukan KPC-PEN. Kemudian anggaran untuk perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional. Sehingga ini merupakan sebuah sequence," tutur Airlangga.
Airlangga juga mengungkapkan Pemerintah memutuskan tidak mengambil kebijakan lockdown selama pandemi Covid-19, dan hal ini yang mampu mendorong perekonomian dapat terus bergerak sehingga ekspor dan Neraca Perdagangan tetap mampu tumbuh positif selama pandemi. Purchasing Managers's Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga berada di atas 50 dan berada di level ekspansif.
"Jadi industri kita tidak kehilangan supply chain. Jadi mengisi supply chain. Justru di tahun 2022 dan 2021 ini terbantu oleh kenaikan harga komoditas. Pada saat dunia mulai kembali normal, nah butuh supply chain. Salah satu yang paling siap untuk mengisi adalah dari Indonesia," kata Airlangga.
Baca Juga: Menko Airlangga Siapkan RI Jadi 'Global Key Player' Hilirisasi Berbasis Komoditas
Airlangga melanjutkan, dalam menghadapi tantangan global seperti perang Rusia-Ukraina, climate change, tingginya harga komoditas, inflasi global yang tinggi, serta tingkat suku bunga yang masih naik, Pemerintah memiliki bantalan, yakni kuatnya domestic market.
"Nah bagaimana kita menyelesaikan permasalahan itu, tetapi kita sudah dalam tanda petik mempunyai ancang-ancang untuk itu. Karena domestic market kita kuat. Jadi kita kembalikan kepada domestic market. Kita ini domestic market-nya kira 51%-52% dari ekonomi. Ekspor market kita sekitar 20%. Jadi resiliensi terhadap gonjang-ganjing global. Kita punya cushion. Nah, itu yang harus kita jaga. Daya beli kita jaga, domestic market dijaga. Kemudian tentu produksi kita jaga," tutup Airlangga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ayu Almas