Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lembaga Survei Sebut PDIP Bakal Kalah dalam Pilpres 2024 Kalau Nekat ‘Nyolo’ dan Ogah Koalisi dengan Partai Lain

        Lembaga Survei Sebut PDIP Bakal Kalah dalam Pilpres 2024 Kalau Nekat ‘Nyolo’ dan Ogah Koalisi dengan Partai Lain Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Satu-satunya partai yang bisa maju dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 tanpa melakukan koalisi dengan partai lain adalah adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

        Sayangnya, kelebihan yang dimiliki oleh partai dengan logo banteng bermoncong putih ini tidak serta merta membuat mereka mudah menang dalam pilpres.

        Tanpa koalisi kata ilmuwan politik, Prof. Saiful Mujani, kader PDIP kemungkinan besar bisa kalah.

        Baca Juga: Megawati Wajib Waspada! Koalisi Ini Dianggap Mampu Runtuhkan 'Kerajaan' PDIP

        Diketahui sebelumnya, antara nama yang banyak disebut yang bisa maju sebagai calon presiden atau wakil presiden dari PDIP adalah Puan Maharani sebagai elite PDIP dan Ganjar Pranowo sebagai kader PDIP yang menurut berbagai survei elektabilitas-nya cukup meyakinkan dibanding tokoh-tokoh lain secara nasional untuk pilpres.

        Dalam studi ini, dilakukan simulasi dengan asumsi ada empat pasangan dalam pemilihan presiden. 

        Pertama adalah Prabowo Subianto sudah banyak didiskusikan. Ada upaya Gerindra berkoalisi dengan PKB untuk mengusung pasangan Prabowo dengan Muhaimin Iskandar. 

        Kedua, Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) . Ketiga, Ganjar berpasangan dengan Puan. 

        Keempat, Airlangga Hartarto akan mencari calon, misalnya Erick Thohir sebagai orang yang juga melakukan sosialisasi untuk calon presiden maupun calon wakil presiden. 

        Dalam simulasi empat pasangan di atas, survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2022 menemukan pasangan Ganjar-Puan berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 21,6 persen. 

        Suara pasangan ini berada di bawah Prabowo-Muhaimin 29,7 persen dan Anies-AHY 28,8 persen. Sementara pasangan Airlangga-Erick 4,9 persen dan yang belum menjawab 15 persen.

         Baca Juga: Megawati Wajib Waspada! Koalisi Ini Dianggap Mampu Runtuhkan 'Kerajaan' PDIP



        Saiful menjelaskan bahwa umumnya Ganjar cukup kompetitif jika dipasangkan dengan calon selain Puan. 

        Tapi, ketika dipasangkan dengan Puan, posisi Ganjar di bawah dua nama yang selama ini kompetitif dengan dia, yaitu Prabowo dan Anies. 

        Selisih antara pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY dengan Ganjar-Puan itu cukup signifikan. 

        Karena itu, Saiful menyatakan bahwa kalau ini yang terjadi, maka yang masuk ke putaran kedua adalah Anies dan Prabowo. PDIP ditinggalkan bahkan ketika Ganjar ditaruh di nomor satu.

        Pendiri SMRC tersebut melanjutkan bahwa kalau PDIP tidak berkoalisi dengan partai lain dan tidak mengajak tokoh lain, PDIP akan tersingkir, walaupun Ganjar diposisikan sebagai calon presiden. 

        Bagaimana kalau yang nomor satunya Puan dan Ganjar jadi wakilnya dan lawannya sama?  

        Hasilnya Prabowo-Muhaimin mendapatkan suara 35,4 persen, Anies-AHY 31,2 persen, Puan-Ganjar 9,8 persen, Airlangga-Erick 6 persen, dan masih ada 17,7 persen yang belum menjawab.

        Dalam simulasi di mana Puan menjadi calon presiden berpasangan dengan Ganjar sebagai calon wakil presiden, selisih dengan pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY semakin menjauh. 

        Baca Juga: Hasto Kristiyanto Sebut PDIP Tak Cocok Berkoalisi dengan Partai yang Hobi Impor Pangan, Sindir Nasdem?

        “(Jika formulasinya Puan-Ganjar), yang masuk putaran kedua adalah Prabowo dan Anies,” tegas Saiful.

        Karena itu, lanjut Saiful, bagi PDIP, berkoalisi dengan partai lain adalah sebuah kebutuhan politik yang tak bisa dihindarkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: