Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Jeblok Hingga Rekor Terendah Sepanjang Sejarah, Presiden Jokowi Ngapain Aja?
Kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali dipertanyakan setelah Transparency International mengeluarkan Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang jeblok hingga 4 poin.
Karena penurunan ini, IPK Indonesia hanya bisa mendapatkan nilai 34, bahkan lebih rendah dari Timor Leste.
Mantan pegawai KPK, Aulia Postiera pun memberikan penjabarannya atas pentingnya nilai IPK bagi indonesia dan bukan sekedar angka.
“IPK itu kan indeks persepsi korupsi yang dikeluarkan oleh Transparency International, biasanya itu markasnya di Berlin, Jerman dan di indonesia juga ada perwakilannya sebenarnya,” jelasnya seperti dilansir dari Youtube Channel Novel Baswedan Senin, (13/02/23).
Baca Juga: Penyebab Anjloknya Indeks Persepsi Korupsi Era Jokowi, Elite Megawati: Bisa Akibat Kerasnya Kritikan
“Nah kita bicara kenapa IPK itu penting? Saya nggak ngomong jauh-jauh dulu karena pada dasarnya IPK itu sebagai alat ukur global,” tambah dia.
Aulia mengatakan, dengan IPK yang rendah maka negara asing yang mau berinvestasi akan berpikir dua kali untuk meletakan uang mereka ke negara yang korup.
“Jadi ketika suatu negara dia mau investasi di suatu negara lain sebagai salah satu pertimbangan dia tentu melihat tingkat korupsi di negara tersebut. Karena, mau nggak dia dengan negara umpan tempat dia akan investasi justru korupsinya tinggi?”
“Kedua, IPK itu sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran ya, karena dengan adanya IPK kita lihat kemarin itu kan Pak presiden didampingi oleh Pak Menko kemudian didampingi oleh ketua KPK, Kapolri dan Kejaksaan Agung merespon IPK Indonesia yang jeblok sampai 4 poin,” katanya.
Aulia mengatakan ini baru kali pertama ada Presiden Indonesia yang merespon hasil IPK, meskipun itu menandakan kemunduran yang signifikan.
“Dan ini sepanjang sejarah Indonesia, belum pernah ya presiden merespon seperti itu. Memang di satu sisi itu bagus, karena memang kondisinya sangat luar biasa,” kata dia.
“Maksudnya, di awal tuh justru di pemerintahan Pak Jokowi IPK-nya turun, orang kemudian berpikir Pak Jokowi ngapain aja gitu kan selama jadi presiden?” timpal Bambang Widjojanto yang juga hadir dalam video tersebut.
Yang ketiga, kata Aulia adalah sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran bagi suatu negara bahwa ini negara ini sudah tidak baik-baik saja, bahwa korupsi sedang menjadi masalah besar di negara tersebut.
“Kalau kita lihat angkanya 34, dari skala 1 sampai 100. Kalau kita sekolah itu udah pasti nggak lulus, merah itu bahkan menuju hitam,” kata dia.
Baca Juga: Perebutan Kursi Jokowi Makin Dekat, Jalan Anies Baswedan Semakin Berat: Mereka Mulai Bersatu...
“Itulah, kenapa IPK itu penting, IPK juga digunakan untuk membuka pintu untuk advokasi hasil dipegang memberikan banyak manfaat dalam memulai percakapan tentang aktor anti korupsi,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty