Peran PT Rekayasa Industri (Rekind) dinilai berperan dalam pengembangan hidrogen dan amoniak sebagai sumber energi bersih masa depan yang ramah lingkungan.
Penilaian tersebut mengacu pada kompetensi dan pengalaman Rekind di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri atau EPC (Engineering, Procurement, dan Construction), di antaranya melalui pembangunan serta pengembangan pabrik amoniak, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara.
“Tidak ada perusahaan EPC lain di Indonesia yang memiliki pengalaman sebesar Rekind di bidang amoniak. Engineer-engineernya memiliki kompetensi yang bagus dan berpengalaman, termasuk di bidang amoniak. Di sinilah peran penting dan vital dari Rekind. Selain berpengalaman, Rekind juga dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk menangkap peluang mengekspor amoniak yang ada di depan, agar kita tidak ketinggalan dengan negara-negara lain yang juga berpeluang sebagai negara pengekspor amoniak, seperti Australia,” ujar Roy Daroyni, Director of Business Development KBR Technology, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (13/2/2023).
Baca Juga: PLN Pastikan Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Hidrogen digadang-gadang menjadi sumber energi bersih masa depan yang ramah lingkungan, dan amoniak adalah hydrogen carrier terbaik. Dua molekul ini adalah kunci dari peralihan energi dari bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas bumi ke energi bersih yang ramah lingkungan di masa depan.
Menurut Roy, di Kawasan ini negara yang berpotensi mengekspor hidrogen dalam bentuk amoniak ke negara lain adalah Indonesia dan Australia, sementara negara-negara lain yang yang tidak memiliki sumber daya untuk membangkitkan hydrogen bersih akan berkompetisi untuk mengimpornya dari Indonesia dan Australia.
Sayang, dalam pandangan pria yang pernah menjabat sebagai Direktur di Black & Veatch (perusahaan EPC yang fokus di bidang energi – melalui energi terbarukan, teknologi hybrid, smart grid, microgrid dan pertambangan) itu, Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan regulasi khusus untuk mendorong pengembangan hydrogen bersih dan amoniak. Padahal, saat ini sejumlah negara, seperti Jepang,Korea dan Singapura sudah berinvestasi di Australia untuk melakukan studi dan investasi untuk pengembangan hidrogen bersih dan amoniak.
Pemerintah Indonesia dinilai pasif oleh negara pengimpor karena kurang mempromosikan dirinya. “Untuk itu harus ada perusahaan EPC seperti Rekind yang bisa berkolaborasi dengan pemerintah untuk menangkap peluang akan kebutuhan hidrogen bersih dan amoniak dari negara-negara lain,” ujar alumnus Teknik Mesin ITB Angkatan 1992 tersebut.
Diakui Roy, yang juga Pengamat Formula 1, Rekind punya kompetensi yang kuat di bidang ini. Itu sudah dibuktikannya ketika KBR Technology, yang merupakan perusahaan EPC dan technology licensor asal Amerika Serikat ini pernah menjalin kerjasama dengan Rekind.
Rekind banyak mengadopsi teknologi amoniak dari KBR untuk diaplikasikan dalam pembagunan dan pengembangan Proyek pada banyak pabrik pupuk di Indonesia. Pabrik Pupuk terakhir yang Rekind bangun dengan teknologi amoniak dari KBR adalah Pusri 2B, milik PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang. Di dalam proyek yang durasi pengerjaannya antara 2013-2015 itu, Rekind bertindak selaku kontraktor dengan menggandeng Toyo Engineering Corporation (TEC). Melalui pengembangan tersebut, Pusri 2B mampu menghasilkan amoniak sebesar 2000 ton per hari.
Di Proyek Banggai Amoniak Plant (BAP), Rekind juga mampu membangun pabrik amoniak dengan kapasitas 2000 metrik ton per hari. Proyek yang rampung di tahun 2019 itu juga mengadopsi teknologi amoniak milik KBR.
Baca Juga: Pertamina Lakukan Ini Demi Capai Daulat Energi
Di tahun 2016, Rekind membukukan catatan istimewa dengan menyelesaikan Proyek Sabah Ammonia Urea (SAMUR), Malaysia milik Petronas Chemical Fertilizer Sabah Sdn Bhd (PCFSB). Di proyek ini Rekind menjadi salah satu kontraktor untuk pengerjaan pabrik amoniak yang bisa menghasilkan 2000 metrik ton per hari.
Pengerjaan pabrik amoniak ini dikenal memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi dan biaya yang tidak murah. Bayangkan, untuk mengekspor hidrogen ke negara lain saja, terlebih dahulu harus dikonversi menjadi amoniak untuk selanjutnya dibawa ke negara pengimpor. Kemudian setelah sampai ke negara tujuan, baru diubah kembali menjadi hidrogen. Untuk mengubahnya saja sangat sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Di sinilah peran Rekind yang menonjol dan sangat vital dalam menunjang kegiatan ekspor tersebut, terutama ditinjau dari pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya tadi, tidak bisa sembarangan,” imbuh Roy meyakinkan.
Di masa depan, hidrogen bersih, dengan amoniak sebagai carriernya, akan difungsikan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan bagi industri, kapal, kereta api, truk berat, dan bus. Selain dimanfaatkan sebagai sumber energi kendaraan, hidrogen dan amoniak juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik pengganti batubara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: