Bocoran Intelijen Amerika Bilang Rusia Bakal Disokong China, Pakar Buka-bukaan
China tengah mempertimbangkan mengirim artileri dan amunisi ke Rusia, kata NBC News, mengutip laporan intelijen terbaru. NBC News mengklaim informasi itu berasal dari tiga sumber pemerintah Amerika Serikat.
NBC News mengatakan para pejabat itu tidak memberikan bukti spesifik yang mendukung klaim tersebut. NBC News mengatakan mereka mengkonfirmasi informasi ini ke mantan pejabat AS dan seorang pejabat negara Barat yang menerima pengarahan mengenai klaim tersebut.
Baca Juga: Tahu Kepentingan Amerika di Atas Segalanya, Putin Murka: Banyak Negara Bergantung pada Kalian!
Surat kabar Wall Street Journal yang pertama kali melaporkan klaim tersebut. NBC News menambahkan mereka mengontak Kementerian Luar Negeri China untuk meminta komentar tentang klaim yang muncul setelah Beijing mengajukan 12 poin rencana perdamaian pada Jumat (24/2/2023) lalu.
China mendorong Rusia dan Ukraina sepakat untuk melakukan de-eskalasi secara bertahap, menjaga fasilitas nuklir tetap aman, mendirikan koridor bantuan kemanusian dan mencegah serangan ke warga sipil.
Pada awal bulan ini Beijing menolak tuduhan AS mengenai bantuan tak mematikan ke Rusia. China meminta AS tidak mencampuri hubungannya dengan Rusia.
Pengamat dari Foreign Policy Research Institute, Rob Lee mengatakan bila China benar mengirimkan senjata ke Rusia maka "dapat menjadi perkembangan signifikan."
"Ketersediaan amunisi artileri untuk Ukraina dan Rusia dapat disebut merupakan variabel terpenting yang dapat mempengaruhi jalannya perang," kata Rob Lee.
Namun pakar Rusia dan peneliti senior lembaga think tank Chatham House, Keir Giles mengatakan asesmen dan prediksi sebelumnya Rusia kehabisan amunisi ternyata tidak terjadi di dunia nyata. Ia menambahkan bila Moskow beralih ke pemasok alternatif selain drone yang diterima dari Iran.
"Maka hal itu menunjukkan mereka kehabisan persediaan senjata dan amunisi pasca Perang Dingin di kecepatan yang mereka rasa tidak berkelanjutan," katanya.
Profesor kajian strategis di University of St. Andrews Phillips O’Brien mengatakan akan aneh bila China memilih mengirimkan pasokan ke Rusia.
"(Sebab) akan menurunkan hubungan dengan kelompok pelanggan terbesar China, (AS dan Eropa)," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: