Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy merupakan salah satu bukti adanya persoalan psikologis pada individu.
Psikolog klinis Melissa Grace mengatakan salah satu indikasi yang terlihat pada perilaku Mario Dandy adalah keinginan untuk mendapat pengakuan dari lingkungannya.
"Flexing ini terkait kebutuhan untuk pengakuan dari lingkungan. Sebenarnya setiap dari kita adalah wajar kalau memiliki kebutuhan pengakuan, selama hal tersebut dalam taraf yang proporsional, seperti ketika orang ingin membanggakan prestasinya. Tapi, menjadi beda soal ketika yang dipamerkan bukan sesuatu yang ia capai dari keringatnya sendiri," kata Melissa, dikutip dari video bertajuk "Mario Dandy Bikin Ulah, Orang Tua Kena Tulah!" di YouTube tvOneNews, Jumat (3/3/2023).
Dia menambahkan upaya berlebihan untuk mendapat pengakuan dari ingkungan mengindikasikan bentuk kompensasi yang berlebihan terhadap inferiority atau ketidakpercayaan diri yang dimiliki individu, sehingga dia merasa perlu menunjukkan secara berlebihan hal-hal yang dia miliki.
"Saya rasa bukan hanya anak pejabat atau yang memang punya harga kekayaan melimpah sajayang melakukan ini. Banyak juga orang yang kondisinya terbalik 180 derajat tapi memaksakan diri untuk bisa tampil seolah-olah memiliki semuanya," jelas dia.
Lebih lanjut, Marissa tak sependapat bila dikatakan Mario melakukan penganiayaan demi mendapatkan teman. Berdasarkan pengamatannya, ia lebih meyakini perilaku Mario bertujuan untuk memperoleh kekaguman atau penghargaan dari orang lain.
"Kalau teman itu kan orang bisa menemani kita pada saat kita butuh. Tapi, kalau melakukan flexing secara berlebihan, yang dia tampilkan adalah hal-hal mencolok, saya rasa bukan teman sesungguhnya yang ia cari. Tapi, rasa kekaguman atau fans yang akan memberikan pujian setiap saat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: