Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Investasi Pengeboran Panas Bumi Capai US$5 Juta per 1 Megawatt, PGE Disarankan Lakukan Ini

        Investasi Pengeboran Panas Bumi Capai US$5 Juta per 1 Megawatt, PGE Disarankan Lakukan Ini Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dosen Teknik EBT Universitas Darma Persada Riki F. Ibrahim mengungkapkan bila berdasarkan best practice, tiap 1 MW dari PLTP membutuhkan nilai investasi sekitar US$5 juta. Angka ini hanya untuk penyediaan energi primer, turbin, dan generator hingga menghasilkan listrik. Belum termasuk biaya pembebasan lahan. 

        Ia pun meminta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk menghitung ulang rencana perseroan pasca-IPO. “Untuk itu, harus dihitung ulang. PGE harus memastikan pengeboran sumurnya itu tidak gagal,” katanya, Jumat (3/3/2023).

        Penggunaan dana sekitar Rp7,7 triliun atau 85 persen dari emisi IPO dengan nilai Rp9,05 triliun tersebut harus dihitung ulang meski sudah ada rencana dan feasibility study terkait penambahan 600 MW di wilayah kerja panas bumi (WKP) seperti yang diungkap perseroan dalam prospektusnya.

        Riki mengatakan 

        Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut rata-rata investasi untuk pembangkit panas bumi berada pada kisaran US$5 - 7 juta per MW. 

        Jika dihitung, jika 1 MW membutuhkan sekitar Rp75 miliar maka uang hasil IPO yang ditarget menjadi 600 MW sangat tidak masuk akal. Jika dibagi antara Rp7,7 triliun dengan Rp75 miliar biaya investasi 1 MW maka hanya didapat 102 MW saja.

        Pun demikian, Riki yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) melanjutkan, masih ada risiko berupa kegagalan yang mengintai saat pengeboran untuk mendapatkan panas bumi. 

        “PGE harus bisa memaksimalkan tingkat kesuksesan pengeboran sumur panas bumi dengan potensi kegagalan 30 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan best practice di masa lalu yang potensi gagalnya sangat tinggi.”

        Oleh sebab itu, papar Riki penentuan cadangan sumber daya panas bumi merupakan kegiatan yang bersifat probabilistik. “Dengan demikian, ada kemungkinan gagal sehingga tidak terdapat jaminan bahwa data cadangan sumber daya panas bumi itu dapat mencerminkan hasil aktual,” tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: