Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden Dorong Swasembada Energi Hijau, Geothermal Jadi Kunci Transisi Energi

Presiden Dorong Swasembada Energi Hijau, Geothermal Jadi Kunci Transisi Energi Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah dalam mencapai ketahanan energi dan swasembada energi terbarukan di Indonesia, khususnya melalui pengembangan energi geothermal. Pemerintah menargetkan Indonesia mencapai net zero emission sebelum tahun 2060.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl.Geotherm.Tech., M.Sc., dalam orasi ilmiahnya pada acara Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Geothermal di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia (UI), Rabu (12/2/2025).

Dalam orasi yang berjudul Peran Strategis Riset dan Inovasi Teknologi Advanced Reservoir Imaging dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemboran Sumur Geotermal, Prof. Yunus menyoroti pentingnya teknologi dalam menurunkan biaya energi dan mendukung transisi energi hijau.

Indonesia memiliki potensi geothermal mencapai 23,6 GW yang terdiri dari 9,2 GWe resources dan cadangan sebesar 14,4 GW. Saat ini, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara produsen energi listrik geothermal terbesar di dunia dengan kapasitas 2.653 MWe pada akhir 2024, di bawah Amerika Serikat. Pengembangan geothermal menjadi kunci dalam transisi energi dan diproyeksikan mencapai 6,5 GW hingga tahun 2040.

Baca Juga: Jalin Kolaborasi, SLB dan Anak Usaha BREN Dorong Pengembangan Panas Bumi

Prof. Yunus menjelaskan bahwa energi geothermal memiliki berbagai keunggulan, termasuk emisi rendah, terbarukan, dan berkelanjutan. Geothermal juga dapat beroperasi 24 jam tanpa bergantung pada kondisi cuaca, dengan tingkat keandalan (capacity factor) mencapai 90%.

“Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Kamojang telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun dan tetap prima, menandakan geothermal adalah solusi energi jangka panjang,” jelasnya.

Namun, pengembangan geothermal menghadapi tantangan besar, terutama dalam tahap eksplorasi yang berisiko tinggi. Risiko tersebut dapat ditekan jika eksplorasi berhasil menemukan zona reservoir yang tepat, yang dapat memproduksi uap atau air panas bersuhu tinggi.

Prof. Yunus juga mengungkapkan bahwa Laboratorium Geothermal UI dan Geothermal Research Center (GRC) telah mengembangkan teknologi Advanced Reservoir Imaging yang mampu memetakan sistem geothermal di bawah permukaan secara akurat. Teknologi ini berhasil diterapkan di lapangan geothermal Blawan Ijen, Jawa Timur, dan diaplikasikan pada lebih dari 60 lapangan lainnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri, menghasilkan penemuan resources sebesar 4 GWe.

Baca Juga: PGE Targetkan 1,5 GW Panas Bumi pada 2030

UI juga berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan geothermal, termasuk membuka peluang bagi mahasiswa internasional. Prof. Yunus menekankan bahwa Indonesia, dengan potensi besar yang dimiliki, layak menjadi Pusat Keunggulan Geothermal Dunia.

“UI dapat menjadi pionir dalam pengembangan International Geothermal Research and Innovation Center, berkolaborasi dengan pemerintah dan industri,” tambahnya.

Dengan berbagai inisiatif ini, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi produsen energi geothermal terbesar di dunia, tetapi juga menjadi pusat pendidikan dan riset geothermal yang diakui secara global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: