Fix Salah Anies Baswedan? Aktivis Tegaskan Jatuhnya Korban Jiwa di Tragedi Depo Plumpang Akibat Kebijakan Pemerintah Tak Berpihak ke Rakyat!
Aktivis dan Advokat Ahmad Khozinudin ikut menyoroti soal tragedi kebakaran depo Pertamina Plumpang yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Khozinudin mengatakan harus ada pendalaman mengenai penyebab tragedi tersebut agar jelas bukan main salah menyalahkan seperti kubu pendukung Jokowi dan Anies Baswedan.
Menurut Khozinudin, yang perlu ditelusuri saat ini adalah mengenai SOP dan SDM yang bertugas terhadap berjalannya Depo tersebut.
“Soal adanya SOP yang harus diperbaiki ini bisa kita benarkan setelah ada evaluasi apa penyebab utama kebakaran. Kalau penyebab utama ada pada kelalaian SDM, kalau kelalaian pada SOP maka harus ada perbaikan, kalau SOP sudah baik tapi tidak dijalankan tidak dijalankan tapi tidak ada kontrol manajemen berarti manajemen yang harus diperbaiki,” ujar Khozinudin melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Senin (6/3/23).
“Harus ada rencana antisipasi yang bisa memastikan kalau insiden terjadi tidak menimbulkan korban jiwa, maksimal kehilangan Depo saja dan tak kehilangan nyawa,” tambahnya.
Untuk diketahui, tak lama setelah tragedi kebarakan tersebut terjadi, Anies langsung diserang sejumlah pihak khususnya di media sosial yang juga selama ini akun-akun tersebut jadi pendukung Jokowi. Anies disalahkan karena dianggap menerbitkan IMB kepada warga yang berdekatan dengan Depo tersebut.
Para pendukung Anies pun tak tinggal diam, kontrak politik Jokowi saat kampanye Pilkada DKI Jkarta 2012 lalu muncul ke publik yang isinya tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Anies, bahkan Jokowi lah yang memberikan mereka KTP yang sebelumnya tak dimiliki mengingat tanah tersebut masih diperdebatkan.
Khozinudin menegaskan pertikaian tersebut hanya menyakitkan bagi para korban karena tak menyelesaikan masalah. Salah satu yang jadi masalah utama mengenai pemukiman warga yang dekat dengan Depo ini menurut Khozinudin adalah tak adanya keberpihakan negara/pemerintah kepada rakyat.
“Problemnya wilayah yang harus steril ini sudah diduduki penduduk, problemnya penduduk ini tidak mau direlokasi, problemnya tidak mau direlokasi karena tidak ada jaminan, kalau digusur-gusur saja Cuma di rusun apalagi statusnya Cuma sewa ya nggak mau juga, Problemnya negara tidak punya ketidakberpihakan,” jelasnya.
“Negara lebih berpihak pada project yang tidak ada kaitannya dengan menyelamatkan nyawa dan jiwa rakyat misal Kereta Cepat," ungkapnya.
Menurut Khozinudin, seharusnya dana besar pada proyek-proyek tersebut bisa dialihkan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada masyarakat.
Terkait kepindahan tempat tinggal, asal pemerintah serius menjalaninya, Khozinudin yakin mereka tidak akan menolak.
“Semestinya kalau ada anggaran negara besar ya sudah pastikan untuk membebaskan wilayah steril dan memastikan relokasi rakyat ke tempat baru, kalau perlu beli perumahan atau bangun perumahan baru. Rakyat disuruh pindah dari tempat pemukiman sumpek kemudian disuruh pindah ke perumahan dan sudah jadi SHM, mau rakyat. Masalahnya negara tidak mau mikir ke sana,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: