Sudah Berseberangan, Sandiaga Uno Tidak Mungkin Jadi Duetnya Anies Baswedan: Dia Terlena Kekuasaan Jokowi
Kredit Foto: Istimewa
Analis Politik Unismuh, A Luhur Prianto buka suara terkait dengan kemungkinan terjadinya duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilpres 2024.
Menurutnya, hal tersebut hampir bisa dikatakan sudah tak mungkin untuk terjadi kembali dalam pesta demokrasi.
Hal tersebut menyusul bagaimana politikus tersebut sudah merasakan status kekuasaan dalam pemerintahan yang dilakukan oleh Joko Widodo alias Jokowi.
Luhur mengatakan bahwa narasi perubahan yang diusung duet masa lalunya itu sudah tak relevan bagi Sandiaga Uno.
Wacana memasangkan Sandi dengan Anies itu hanya sekadar basa-basi politik, pindah partai politik saja tak akan mengubah keadaan.
"Dan kalaupun ia hengkang dari Gerindra, tetap akan sulit menjadi prioritas partai-partai koalisi pengusung," katanya.
Baca Juga: Tidak Kuat Mengurus Karya Anies Baswedan, Elite Jokowi Lari dari Penugasan: Maaf, Saya Takut...
Munculnya kasus piutang Pilkada DKI Jakarta kata dia, membuat posisi psikologis Sandi dengan tokoh-tokoh di circle Anies juga makin sulit berterima. Meskipun demikian, Sandi dengan persediaan amunisi politiknya yang besar tetap menjadi magnet bagi partai politik.
"Tidak banyak tokoh politik yang sumber daya ekonomi pribadinya siap digunakan untuk pembiayaaan politik. Daya tarik dan faktor diferensiasi Sandi ada di situ," pungkas Luhur
Sandiaga Uno memberi sinyal tak sejalan lagi dengan Anies Baswedan karena ia mengusung konsep berkelanjutan.
Konsep itu sudah tidak relevan dengan Anies yang selalu menggaungkan misi perubahan.
Konsep itu dipertegas dengan dibangunnya Koalisi Perubahan oleh Nasdem, PKS, dan Demokrat. Saat ditanya soal paket ini, Sandi mengatakan, ia pernah bermitra dengan Anies pada Pilgub 2017 dan menuai hasil positif.
"Saya di Kementerian di bawah Presiden Jokowi dan partai di bawah Prabowo Subianto. Kami mengusung konsep keberlanjutan dan percepatan pembangunan," kata Sandi saat berkunjung ke Makassar, Jumat, 3 Maret.
Narasi yang diusung ialah pembangunan yang sudah berlangsung delapan tahun lebih bisa dipercepat.
"Bukan kita ubah, tapi kita justru akselesrasi. Bukan kita ganti arahnya, tapi justru kita perkuat arahnya dengan capaian-capaian lebih bisa dirasakan masyarakat," ujar dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar