Hari Perempuan Internasional: Menteri PPPA dan UN Women Diskusikan Kerja Sama Bahas Isu Perempuan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mendorong kerja sama dan kolaborasi program yang lebih masif antara Kementerian PPPA dengan United Nations (UN) Women. Hal ini disampaikannya saat pertemuan bilateral dengan Executive Director UN Women, Sima Bahous, dalam rangkaian Sidang Commission on the Status of Women (CSW) ke-67 pada Senin (6/3/2023).
"KemenPPPA mengucapkan terima kasih atas dukungan UN Women kepada Pemerintah Indonesia dalam isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan selama ini. Saya harap diskusi hari ini dapat memperkuat kerja sama kita ke depannya," ujar Bintang dikutip dalam siaran pers, Senin (6/3/2023).
Baca Juga: Hadiri CSW ke-67, Menteri PPPA: Perkuat Kerja Sama untuk Capai Kesetaraan Gender
Selama ini, KemenPPPA telah menjalin kerja sama dengan UN Women dalam isu-isu gender dan perempuan, termasuk isu perempuan, perdamaian, dan keamanan. Menurut Menteri PPPA, isu ini penting untuk menjadi perhatian bersama. Pasalnya, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
"Keragaman ini menjadi salah satu kekuatan kami, tetapi juga membawa potensi terjadinya ketegangan yang dapat memengaruhi perdamaian nasional," kata Menteri Bintang.
Melihat hal tersebut, Menteri PPPA menyebutkan Pemerintah Indonesia telah berkomitmen melindungi perempuan dan anak yang memiliki kerentanan dalam situasi konflik dengan mengadopsi Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1325 tentang Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan.
Tidak hanya itu, Pemerintah Indonesia juga menerbitkan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan mengimplementasikan UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dalam agenda perempuan, perdamaian, dan keamanan di Indonesia.
"Selain itu, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Rencana Aksi Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (RAN P3AKS). RAN tersebut telah mendorong seluruh pihak, baik pemerintah maupun lembaga masyarakat untuk bersama-sama melakukan rencana aksi melalui kegiatan-kegiatan pencegahan, penanganan, partisipasi, dan pemberdayaan," tutur Menteri PPPA.
Menteri PPPA mengatakan UN Women Indonesia bersama masyarakat sipil yang tergabung di dalamnya turut memfasilitasi perumusan RAN P3AKS guna memperkuat pengetahuan seluruh pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, dan media yang bekerja mempromosikan isu perempuan, perdamaian, dan keamanan.
"Mengingat isu ini sangat kompleks, tentunya kita membutuhkan usaha yang lebih masif lagi dalam pelaksanaannya. Kami mengharapkan dukungan yang lebih besar dari UN Women dalam pelaksanaan program terkait perempuan, perdamaian, dan keamanan di Indonesia," tutup Menteri PPPA.
Baca Juga: Jadi Korban TPPO, 2 Warga Asal Provinsi Jawa Barat Dipulangkan KemenPPPA
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga menyampaikan agenda keketuaan ASEAN dalam isu perempuan, yaitu ASEAN Women Peace and Security (WPS) Summit dan ASEAN Gender Mainstreaming Conference yang akan diselenggarakan pada Mei 2023.
Menteri PPPA pun mengharapkan adanya dukungan UN Women dalam kedua program tersebut guna meningkatkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di negara-negara ASEAN.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas