WSIS Forum 2023: Penguatan Kolaborasi Literasi Digital untuk Disabilitas
Upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mewujudkan literasi digital yang Inklusif bagi penyandang disabilitas terus digalakan. Utuk itu dilakukan upaya memperkuat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan kesetaraan akses literasi digital bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Baru-baru ini Kemenkominfo menyelenggarakan workshop dengan bertema “Strengthening the Collaboration of Digital Literacy for Disabilities” dalam WSIS Forum 2023 yang dilaksanakan di Kota Jenewa, Swiss (13/3) secara hybrid. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat dunia mengenai upaya yang dilakukan Indonesia dalam memperkuat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan kesetaraan akses literasi digital bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Melalui workshop ini, diharapkan akan ada diskusi dengan peserta dalam mengatasi masalah ketimpangan akses dihadapi penyandang disabilitas. Pasalnya mrnurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk penyandang disabilitas di Indonesia mencapai sekitar 22,5 juta orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut telah meningkat dari tahun 2021 yang sebesar 16,5 juta. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa hanya 7,6 juta dari 17 juta penyandang disabilitas usia produktif yang bekerja. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal ini Kemenkominfo memprakarsai program Literasi Digital inklusif bagi penyandang disabilitas.
Direktur Pemberdayaan Informatika, Boni Pudjianto dalam workshop tersebut menyampaikan bahwa kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas telah menjadi agenda negara dalam beberapa tahun belakang ini. “Saat ini pemerintah telah melakukan strategi pentahelix (dari hulu ke hilir) untuk menanggapi isu ini. Salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mewujudkan inklusivitas bagi para penyandang disabilitas adalah dengan melakukan literasi digital.”
“Dalam kegiatan literasi digital, kami juga mengajak panelis yang berlatar belakang disabilitas agar lebih bisa memberikan pemahaman terhadap kelompok penyandang disabilitas. Salah satu kegiatan yang kami lakukan adalah kelas podcast untuk penyandang disabilitas dan beberapa kegiatan lainnya,” tambah Boni.
Staf Khusus Presiden RI, Angkie Yudistia turut menekankan bahwa isu yang berkaitan dengan para penyandang disabilitas tidak bisa dilepaskan dari hak asasi manusia dan kebebasan dari diskriminasi. “Saat ini sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk membantu para penyandang disabilitas, tetapi kita melupakan bahwa permasalahan mendasar yang dihadapi para penyandang disabilitas adalah diskriminasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan inklusivitas di ruang digital, pemerintah juga membutuhkan bantuan dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi sesama,” ujar Angkie.
Selain itu, Angkie juga menyebutkan bahwa terdapat salah satu upaya lain yang dilakukan selain Literasi Digital, upaya tersebut adalah Rumah Digital bagi Disabilitas. “Dalam upaya ini, kami melatih teman-teman disabilitas menggunakan gawai, memahami aplikasi, dan memanfaatkannya secara maksimal. Melalui upaya ini, lebih dari 100.000 disabilitas sudah bisa aktif di internet. Hal ini juga sesuai dengan referensi dari Presiden Jokowi yakni no one left behind,” tegas Angkie.
Itu perwakilan International Telecommunication Union (ITU) Roxana Widmer-Iliescu dalam paparanya menyebutkan bahwa untuk mencapai aksesibilitas digital, TIK tidak hanya harus tersedia dan terjangkau, tetapi juga harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan orang-orang, termasuk penyandang disabilitas.
“Aksesibilitas TIK adalah kunci karena TIK telah menjadi media utama untuk komunikasi, informasi, transaksi, pendidikan dan hiburan di seluruh dunia. Selain itu, implementasi dari pembuat kebijakan di semua negara sangat penting guna memastikan bahwa hak setiap orang untuk berkomunikasi di dunia digital bisa terpenuhi,” tegas Roxana.
Roxana juga menyampaikan bahwa ITU telah berusaha mengajak pemerintah dunia melalui grup lembaga antar negara untuk menyusun semacam kurikulum guna mengembangkan dan mendesain ruang digital yang inklusif bagi penyandang disabilitas. “Upaya yang sudah kami lakukan bertujuan agar teman-teman disabilitas bisa berkarya atau bekerja dengan mengajarkan mereka kecakapan digital. Namun kembali lagi, peran yang kami lakukan tidak akan berhasil bila tidak ada kolaborasi dari civil society. Oleh karena itu, saya mengajak anda semua untuk turut berkontribusi sesuai dengan kemampuan yang kita miliki untuk membantu kelompok disabilitas,” ujar Roxana.
Workshop WSIS Forum 2023 merupakan salah satu upaya dalam rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo).
Program Indonesia Makin Cakap Digital bertujuan untuk memberikan literasi tentang teknologi digital kepada 50 juta masyarakat Indonesia termasuk kelompok penyandang disabilitas hingga tahun 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi