Bank Indonesia (BI) menilai banyak upaya yang bisa dilakukan BI dan regulator terkait untuk menurunkan laju inflasi yang saat ini berada di level 5,47% (Februari 2023). Sehingga untuk mengendalikan inflasi tak melulu harus menempuh jalur dengan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Demikian yang disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Gala Seminar-Enchancing Policy Callibration for Macro Financial Resillience, di Nusa Dua, Bali, Rabu (29/3/2023). Dia mengatakan, ada kebijakan lain yang harus juga berperan untuk menurunkan hal tersebut. Baca Juga: Gegara 3 Bank AS Kolaps, Bos BI Akui Banyak Investor Tahan Modalnya ke Negara Berkembang
"Inflasi terkontrol maka suku bunga juga bisa kita kontrol. Tapi untuk mengendalikan inflasi tidak melulu terkait suku bunga saja, tapi juga ada peran fiskal dan lainnya," kata Perry.
Meski demikian, Perry menyatakan bahwa kebijakan moneter Bank Indonesia akan selalu siap mendukung pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19. "Inflasi saat ini sudah mendingan tapi kami perkirakan suku bunga masih tetap tinggi," pungkasnya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Baca Juga: Biar Inflasi Nggak Jebol Saat Ramadan, BI dan Pemprov Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
Menurut Perry, keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
"BI meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman