Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tergerus Zaman yang Semakin Modern, Perusahaan Tupperware Ternyata Hampir Bangkrut, Kenalan Yuk Sama Pendirinya!

        Tergerus Zaman yang Semakin Modern, Perusahaan Tupperware Ternyata Hampir Bangkrut, Kenalan Yuk Sama Pendirinya! Kredit Foto: Instagram/tupperwareid
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saham Tupperware turun hampir 50% pada hari Senin menyusul peringatan bahwa masa depannya terlihat suram. Dalam pengajuan peraturan Jumat malam, pembuat kontainer itu mengatakan ada keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan hidup.

        Melansir CNN Business di Jakarta, Selasa (11/4/23) perusahaan telah bekerja dengan penasihat keuangan untuk menemukan pembiayaan agar tetap bertahan.

        Tupperware mengatakan tidak akan memiliki cukup uang untuk mendanai operasinya jika tidak mendapatkan uang tambahan. Perusahaan mengatakan sedang menjajaki potensi PHK, dan sedang meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang potensial.

        Baca Juga: Cara Membuat Perencanaan untuk Membangun Central Kitchen di Bisnis Kuliner, Pertimbangkan 10 Hal Penting Ini Ya!

        New York Stock Exchange juga memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.

        “Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami,” kata CEO Miguel Fernandez dalam siaran pers. “Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami.”

        Bisnis berusia 77 tahun ini telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir untuk mempertahankan relevansinya terhadap para pesaing. Itu telah mencoba untuk melepaskan citranya yang tenang dan menarik pelanggan yang lebih muda dengan produk yang lebih baru dan lebih trendi. Perusahaan juga mencapai kesepakatan dengan Target tahun lalu untuk menjual produknya

        Beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda, menurut Neil Saunders, analis ritel dan direktur pelaksana di GlobalData Pengecer.

        Saunders mengatakan Tupperware berada dalam "posisi genting" secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan, dan karena asetnya ringan, ia tidak memiliki banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang.

        “Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” katanya.

        Tupperware mengatakan masuk ke Target adalah bagian dari reinvention merek, yang mencakup rencana untuk menumbuhkan bisnis melalui beberapa saluran ritel dan menampilkan produknya kepada konsumen yang lebih muda yang bahkan belum pernah mendengar tentang pesta Tupperware.

        Namun, usahanya sejauh ini gagal. Saham perusahaan turun 90% selama setahun terakhir. Itu juga mengeluarkan peringatan "going concern" November lalu.

        Untuk diketahui, Earl Silas Tupper adalah penemu dan penggagas awal dari produk-produk Tupperware yang terkenal sebagai wadah penyimpanan dari plastik yang kedap udara.

        Ia lahir di suatu daerah pertanian di Berlin, New Hampshire, Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia mulai menekuni usaha pertamanan dan perkebunan hingga Depresi Besar memaksa usahanya mengalami kebangkrutan.

        Kemudian, ia mendirikan perusahaan bernama Tupperware pada tahun 1938, dan pada tahun 1946, ia memperkenalkan barang tersebut pada divisi perangkat keras dan pusat-pusat perbelanjaan. Sekitar tahun 1948, ia mendapatkan tenaga ahli yaitu Brownie Wise yang mencuri perhatiannya setelah Wise menelpon ke kantornya di S. Grafton, Massachusetts cukup lama, di mana ia menjelaskan kesuksesannya menjual barang-barang Tupperware melalui metode penjualan Tupperware party.

        Berdasarkan strategi penjualan yang dibangun oleh Brownie Wise, di awal-awal tahun 1950an, Tupperware justru ditarik dari peredarannya di toko-toko retail dan pusat perbelanjaan, dan metode penjualan Tupperware party menjadi metode yang dikenal luas di rumah-rumah di Amerika Serikat dan luar negeri. Strategi ini menjadi satu contoh metode penjualan yang sangat sukses dan membuatnya ditiru oleh banyak orang.

        Kantor pusat Tupperware pun dipindah dari Massachusetts ke Orlando, FL. Setelah berpisah karena ada perselisihan dengan Wise pada tahun 1958, Tupper menjual perusahaannya seharga USD16 juta kepada Rexall, yang menjadi Dart Industries pada tahun 1969. Tidak lama kemudian ia bercerai dengan istrinya, menanggalkan kewarganegaraan Amerikanya untuk menghindari pajak yang sangat tinggi, dan membeli pulau terpencil di Amerika Tengah. Pada tahun 1984, tahun di mana ia meninggal dunia, patennya di Tupperware pun berakhir.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: