Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Masih Menjadi Episentrum Negara Produsen dan Konsumen Minyak Sawit Dunia

        Indonesia Masih Menjadi Episentrum Negara Produsen dan Konsumen Minyak Sawit Dunia Kredit Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pertumbuhan industri minyak sawit di dunia, masih bergantung pada produksi minyak sawit yang berasal dari Indonesia dengan porsi mencapai lebih dari 50%. Keberadaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) bagi masyarakat Indonesia, bahkan dunia, dibutuhkan sebagai bahan baku pangan dan bioenergi. 

        Di lain sisi, kondisi pasar global yang mengalami defisit pasokan akibat terjadinya perang Rusia dan Ukraina telah berpengaruh secara signifikan terhadap 34 negara di dunia.

        Baca Juga: Bukti Affordability Minyak Sawit Dibandingkan Minyak Nabati Lain

        Pasalnya, keberadaan Rusia dan Ukraina sebagai pemasok minyak biji bunga matahari mengalami hambatan hingga pemberhentian suplai pasokan ke pasar global. Kondisi ini juga berdampak langsung terhadap minyak sawit yang juga mengalami kenaikan harga jual akibat melambatnya produksi. 

        Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) RI, Khadikin, mengungkapkan saat ini Indonesia masih menjadi episentrum negara produsen dan konsumen minyak sawit dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi tumpuan dalam dinamika pembentukan harga CPO dunia karena mempunyai magnitude dalam sisi supply dan demand.

        Sementara itu, kondisi aktual pasar minyak nabati dunia menunjukkan kerawanan tinggi dan sensitif terhadap perubahan lingkungan strategis. Khadiki mencontohkan, pada saat mulai invasi Rusia ke Ukraina pada bulan April 2022 lalu, harga CPO internasional meningkat RM 1.000/MT dalam kurun waktu 3 (tiga) hari.

        "Hal ini disebabkan negara Ukraina merupakan produsen utama minyak biji bunga matahari yang menjadi barang kompetitor CPO asal negara tropis, utamanya Indonesia dan Malaysia," katanya dalam acara FGD Sawit Berkelanjutan Vol 13, bertajuk "Minyak Sawit: Sumber Pangan dan Bioenergi Berkelanjutan", dilansir dari laman InfoSAWIT. 

        Demikian juga pada periode awal tahun 2023, pasokan minyak nabati kompetitor CPO dunia sudah mulai membaik sehingga harga CPO global diharapkan terdongkrak pada awal tahun. Kendati demikian, musim dingin yang mulai terjadi di negara sub tropis serta adanya hari besar keagamaan, ternyata tidak menunjukan kenaikan harga CPO yang signifikan.

        Baca Juga: Periode Maret 2023: Impor Minyak Sawit India Melonjak dengan Diskon

        "Hal ini perlu disikapi dengan memperkuat kebijakan sisi supply dan sisi demand pada level nasional, supaya dinamika harga tidak berpengaruh terhadap penerimaan penjualan Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani," kata Khadikin.

        Oleh karena itu, dikatakan Khadikin, saat ini pemerintah tengah mendorong upaya agar Indonesia menjadi penentu harga CPO dunia dengan membentuk bursa komoditas, terlebih Indonesia telah menjadi produsen utama minyak sawit global. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: