Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        APBN Dibidik Tangan China, Blunder Jokowi Menjerumuskan Indonesia: Sejak Awal, Proyek Kereta Cepat Sudah Bermasalah

        APBN Dibidik Tangan China, Blunder Jokowi Menjerumuskan Indonesia: Sejak Awal, Proyek Kereta Cepat Sudah Bermasalah Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Elite Partai Demokrat Syarief Hasan buka suara terkait dengan semakin bertambahnya carut-marut akan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KJCB).

        Dirinya menyoroti Joko Widodo alias Jokowi, kereta cepat mulai membahayakan keuangan negara dengan permintaan dari China.

        Baca Juga: Jokowi Harus Waspada, Masalah Jaminan Kereta Cepat Bisa Membuat Indonesia Disandera China!

        Dirinya jelas tak setuju terkait dengan proyek tersebut dijamin oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Hal itu sangatlah berbahaya.

        Untuk itu, Syarief meminta adanya sebuah penjelasan kepada rakyat terkait keberlanjutan proyek tersebut. Penjelasan ini dirasa penting dan mendesak mengingat proyek itu menyita dana pembangunan begitu besar serta gudang langkah kontroversial.

        Proyek ini sejak awal memang begitu banyak kontroversial dan menyita perhatian banyak kalangan, baik dari sisi perencanaan yang tidak matang, penunjukan kontraktor, rencana anggaran dan pembengkakan biaya diluar batas toleransi, bahkan sumber dan tingkat suku bunga hingga molornya penyelesaian.

        Sebab itu, Demi untuk transparancy dan akuntability maka Proyek Kereta Api Cepat ini perlu di audit karena berpotensi merugikan Negara dan melanggar konstitusi.

        “Proyek yang memang bermasalah sejak awal ini mesti dievaluasi kelanjutannya. Jaminan APBN dan tingginya suku bunga pinjaman hanya akan menjerumuskan Indonesia pada jebakan utang yang semakin memberatkan,” ujarnya.

        Baca Juga: Megawati dan Jokowi Bakal Duet Pimpin Keputusan PDIP Soal Capres dan Koalisi, Hasto Blak-blakan Sebut Agenda Ini

        Syarief mengingatkan di tengah keterbatasan keuangan negara, pemerintah harus mampu mengalokasikan semua sumber daya seadil dan seefisien mungkin.

        Jangan terjebak pada proyek mercusuar, tetapi rakyat tetap miskin dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya.

        Tujuan minimal pembangunan adalah ketercukupan kebutuhan mendasar rakyat. Jangan sampai ada proyek gagah-gagahan namun menjadi beban fiskal, beban rakyat, dan apalagi beban ini justru berkelanjutan bagi generasi mendatang.

        Baca Juga: Presiden Jokowi sebut Indonesia sebagai Land of Opportunity di Hannover Messe 2023

        Jika beban jauh lebih tinggi dari manfaat pembangunan, maka pemerintah telah melakukan kesalahan pembangunan yang nyata.

        “APBN tidak boleh menjadi jaminan tambalan pembiayaan bagi proyek yang kontroversial ini. Masih banyak prioritas pembangunan lain yang membutuhkan alokasi fiskal. Apalagi dengan fiskal yang terbatas, melebarnya defisit, proyek kereta cepat ini hanya akan membuat keuangan negara semakin parah," ujarnya.

        Disisi lain, kata di, pihak China menginginkan jaminan APBN Indonesia karena mereka sadar bahwa feasebility yang real Proyek itu tidak feaseble, sehingga China minta jaminan APBN.

        Menurutnya, evaluasi kelayakan proyek adalah hal yang lumrah, apalagi jika pelaksanaan proyek tersebut tidak sesuai, atau meleset jauh dari yang direncanakan. Bagi Indonesia yang daya dukung APBN nya terbatas, faktor penganggaran ini menjadi sangatlah krusial.

        Sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan proyek-proyek pembangunan berjalan dengan terencana, terarah, dan presisi effisiency serta mendatangkan manfaat langsung kepada Rakyat.

        Baca Juga: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Bikin Ngelus Dada, Amien Rais Sebut Jokowi Harus Bertanggung Jawab: Kita Jadi Negara Maling-Rampok!

        “Perencanaan ini harus berpijak pada skala prioritas dan efisiensi pembiayaan. Hal yang sama juga untuk pelaksanaannya mesti selaras dengan apa yang telah direncanakan. Jika perencanaan dan pelaksanaan bersilang arah dan terlalu jauh menyimpang maka tinggal tunggu saja pembangunan itu akan menjadi pemicu dan kontraproduktif karena tidak sesuai dengan kebutuhan pokok dan ekspektasi Rakyat,” tutup Syarief.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: