Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PLN Jajaki Kerja Sama dengan Beberapa Asosiasi Hidrogen Prancis Guna Kembangkan Green Hydrogen

        PLN Jajaki Kerja Sama dengan Beberapa Asosiasi Hidrogen Prancis Guna Kembangkan Green Hydrogen Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT PLN (Persero) membuka peluang kerja sama global termasuk pengembangan green hydrogen di Indonesia dengan beberapa asosiasi di Prancis.

        Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, pertemuan dengan Asosiasi Hidrogen Prancis yaitu France Hydrogene dan Asosiasi Pengusaha Internasional Prancis, MEDEF International untuk membicarakan peluang dukungan perusahaan energi asal Prancis dalam pengembangan teknologi hidrogen sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

        "Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada France Hydrogene dan mengajak seluruh perusahaan di bawah asosiasinya untuk berkolaborasi bersama PLN dalam pengembangan teknologi energi berkelanjutan khususnya green hydrogen sehingga membawa manfaat yang besar bagi kedua belah pihak,” ujar Hartanto dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (26/4/2023).

        Baca Juga: Bos PLN Ungkap Strategi Wujudkan Transisi Energi di Indonesia dalam International Energy Agency

        Dalam pertemuan yang diinisiasi oleh Energy Academy Indonesia (ECADIN), Hartanto memaparkan mengenai strategi dan inisiatif transisi energi PLN dalam mencapai Net Zero Emission tahun 2060, di mana salah satunya adalah melalui pengembangan green hydrogen di Indonesia. 

        Hartanto menyebut ke depannya, PLN akan membangun hydrogen plant yang akan menggantikan pembangkit-pembangkit diesel berbasis fosil di Tanah Air. Kolaborasi bersama France Hydrogene ini juga menjadi fokus dalam pengembangan teknologi hidrogen yang merupakan solusi pemanfaatan potensi alam di Indonesia. 

        “Pertemuan ini mencerminkan bagaimana kita semua bersama-sama, memiliki visi yang sama untuk mengembangkan teknologi energi berkelanjutan. Untuk itu kita tidak bisa sendirian, semoga dari pertemuan ini dapat saling berkolaborasi," ujarnya.

        Sementara itu, President Director France Hydrogene Phillipe Boucly menyambut baik pertemuan dengan PLN. Dia berharap Asosiasi Perusahaan di bawah France Hydrogene dapat membantu Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.

        France Hydrogene sendiri memiliki 467 anggota perusahaan yang bergerak pada bidang hidrogen di Prancis yang saat ini diketuai oleh Phillipe Boucly.

        Beberapa perusahaan yang hadir pada pertemuan yang berlokasi di kantor MEDEF International ini antara lain adalah Air Liquide, Arhyze, HDF Energy, Sapaic Industry, Sunna Design, Vallourec Tubes, Vinci Energies dan MEDEF International. 

        “Kami bangga dapat bertemu dengan PLN dan ECADIN untuk mendorong pengembangan teknologi hidrogen di Indonesia. Perusahaan yang berada di bawah naungan kami bisa membantu Indonesia untuk dekarbonisasi sekaligus mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan hidrogen di Indonesia. Di awal Januari 2023, beberapa perusahaan di bawah naungan kami sudah berkontrak pengembangan hidrogen di beberapa negara di dunia seperti HDF, Elogen, John Cockerill, Air Liquide dan Swen,” ujar Phillipe.

        Phillipe Boucly menyebut, hidrogen adalah energi carrier di Eropa yang sangat penting untuk mengganti impor energi fosil dari luar Eropa, untuk itu penanganan dan pengelolaan pengembangan teknologi hidrogen di Prancis sangat kompeten dan capable.

        Pada tahun 2030, Eropa membutuhkan sebanyak 20 juta ton hidrogen, di mana 10 juta ton akan diproduksi sendiri di Eropa, sedangkan sisanya 10 juta ton akan diimpor dari luar Eropa dalam bentuk 6 juta ton hidrogen dan 4 juta ton dalam bentuk amonia dan turunan hidrogen lainnya. 

        Sehingga diperkirakan di tahun 2030, kebutuhan green hydrogen dari energi terbarukan di Eropa akan mencapai sebesar 500 terawatt hour (TWh), kapasitas elektroliser sebesar 120 gigawatt (GW) dengan kebutuhan investasi mencapai 471 miliar Euro.

        Phillipe Boucly juga menjelaskan pada 2030 di Prancis, diperkirakan akan terpasang elektroliser sebesar 6,5 GW dengan kebutuhan investasi sebesar 9 milliar Euro sehingga akan mengurangi emisi sebesar 6 juta ton CO2 dan akan menyerap tenaga kerja sebesar 150 ribu orang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: