Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Oracle: Pemimpin Perusahaan Kewalahan dalam Mengelola Data dan Mengambil Keputusan

        Oracle: Pemimpin Perusahaan Kewalahan dalam Mengelola Data dan Mengambil Keputusan Kredit Foto: Shutterstock
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Senior Vice President, Technology and Customer Strategy, Oracle Japan and Asia Pacific, Chris Chelliah menilai, mayoritas pemimpin di Asia Pasifik dan Jepang mengalami kesulitan dengan banyaknya data.

        Menurutnya, hal tersebut dapat merusak kepercayaan, membuat keputusan jauh lebih rumit, dan berdampak negatif pada kualitas hidup mereka.

        Chris menyebut hal tersebut berdasarkan studi terbaru antara Oracle dan Eeth Stephens-Davidowitz dengan judul The Decision Dilema.

        Baca Juga: Studi Oracle: 87 % Pemimpin Bisnis di Asia Pasifik dan Jepang Menyesal dalam Mengambil Keputusan

        "74 persen orang mengatakan jumlah keputusan yang mereka buat setiap hari telah meningkat 10 kali lipat selama tiga tahun terakhir dan saat mereka mencoba membuat keputusan ini, 75 persen lainnya dibombardir dengan lebih banyak data daripada sebelumnya dari berbagai sumber lainnya," ujar Chris dalam konfrensi pers virtual, Kamis (28/4/2023).

        Chris mengatakan, berdasarkan studi tersebut, 86 persen mengatakan bahwa volume data membuat keputusan dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka jauh lebih rumit.

        Kemudian 61 persen mengakui bahwa mereka menghadapi dilema keputusan–tidak tahu keputusan apa yang harus diambil–hal ini terjadi lebih dari sekali setiap hari.

        Lanjutnya sebanyak 33 persen tidak mengetahui data atau sumber mana yang dapat dipercaya dan 71 persen menyerah dalam mengambil keputusan karena datanya terlalu banyak.

        Selain itu, 89 persen orang mengatakan ketidakmampuan membuat keputusan berdampak negatif pada kualitas hidup mereka. Ini menyebabkan lonjakan kecemasan (37 persen), kehilangan kesempatan (37 persen), dan pengeluaran yang tidak perlu (35 persen).

        "Hasilnya, 92 persen telah mengubah cara mereka mengambil keputusan selama tiga tahun terakhir. 41 persen sekarang hanya mendengarkan sumber yang mereka percayai dan 31 persen hanya mengandalkan firasat," ujarnya.

        Adapun studi ini melibatkan lebih dari 14.000 karyawan dan pemimpin bisnis di 17 negara, termasuk 4.500 responden dari Asia Pasifik dan Jepang (Japac), menemukan bahwa para pemimpin perusahaan merasa saat ini mereka dalam tekanan dan penuh perjuangan dibanding sebelumnya ketika harus membuat keputusan dalam kehidupan pribadi maupun profesional mereka.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: