Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CEO Startup Dagangan Buka-bukaan Rahasia di Balik Lonjakan Pendapatan 44%

        CEO Startup Dagangan Buka-bukaan Rahasia di Balik Lonjakan Pendapatan 44% Kredit Foto: Rosmayanti
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan social commerce berbasis di Indonesia, Dagangan, membukukan pendapatan US$59,3 juta (Rp891 miliar) untuk periode antara November 2021 dan Oktober 2022. Hal ini menandai peningkatan 44,4% year-on-year, menurut perusahaan.

        Dilansir dari laman Tech in Asia pada Senin (26/6/2023), dalam sebuah wawancara dengan Tech in Asia baru-baru ini, CEO dan salah satu pendiri Dagangan, Ryan Manafe menghubungkan pertumbuhan perusahaan dengan ekspansi geografis yang agresif sepanjang tahun lalu, dengan fokus khusus pada penetrasi desa.

        Selama tahun kalender 2022, cakupan wilayah Dagangan mencapai 20.000 desa di seluruh Indonesia, mengalami pertumbuhan lebih dari 2x lipat dari tahun sebelumnya.

        Baca Juga: Platform Kerja Ekrut Diakuisisi Startup Asal Thailand GetLinks

        Meski demikian, Ryan menekankan, jumlah pengguna aktif bulanan (MAU) tetap relatif rendah. Dagangan mencatat 19.000 MAU pada tahun 2022, yang menunjukkan rata-rata hanya satu pengguna aktif bulanan per desa.

        Ke depannya pada tahun 2023, Ryan menambahkan, akan lebih fokus pada perluasan vertikal di desa yang ada daripada perluasan horizontal.

        “Kami lebih fokus pada perluasan vertikal untuk mengonsolidasikan MAU di desa-desa yang ada, daripada perluasan horizontal untuk mendapatkan lebih banyak cakupan wilayah," tambahnya. 

        Dagangan saat ini memiliki 25.000 MAU, naik 30% dari angka tahun lalu sejauh ini.

        Didirikan pada tahun 2019 oleh Ryan Manafe dan Wilson Yanaprasetya, Dagangan memasok barang konsumen yang bergerak cepat (fast-moving consumer goods/FMCG) ke masyarakat pedesaan, khususnya area Tier 3 dan Tier 4 di seluruh Jawa.

        Pemain lain di ruang perdagangan sosial atau social commerce ini di antaranya Super, Kitabeli, Raena, dan Woobiz. Meski industri semakin kompetitif, Ryan mengatakan masih banyak ruang untuk pertumbuhan.

        “Kami baru menjangkau sekitar 25% dari total pasar di Indonesia. Selain itu, kelayakan dan relevansi model bisnis kami membuatnya sangat cocok untuk direplikasi di negara lain, seperti Filipina dan Vietnam,” tambah Ryan.

        Selain bermitra dengan brand besar seperti Unilever, Ajinomoto, dan Coca-Cola, Dagangan memiliki produk private label. Sejauh ini, ada lebih dari 20 produk lokal yang diberi label putih atau white-label oleh perusahaan e-commerce tersebut.

        Menurut database Tech in Asia, Dagangan telah mengumpulkan lebih dari US$18 juta (Rp270 miliar) dalam putaran pendanaan yang diungkapkan, termasuk US$6,6 juta (Rp99 juta) dari BTPN Syariah Ventura dan co-founder dan CEO startup fintech Payfazz, Hendra Kwik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: