CEO TypeDream soal AI bagai Black Box: Anda Tidak Benar-Benar Tahu Apa yang Terjadi di Dalamnya'
Bicara soal kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak ada habisnya. Layaknya kotak hitam atau black box, kisah tentang AI menyasar soal platform OpenAI yang pengembangan sebelumnya bersifat terbuka (open source) menjadi tertutup (closed source).
Co-founder dan CEO TypeDream, Kevin Chandra berpendapat soal hal tersebut di siniar Endgame di kanal YouTube Gita Wirjawan yang dikutip pada Sabtu (1/7/2023).
Kevin mengibaratkan AI seperti sebuah kotak hitam (black box), saat menyinggung pengembangan AI sangat tertutup, seperti pada kasus OpenAI yang kini closed source dan berubah untuk keuntungan.
"Anda tidak benar-benar tahu apa yang terjadi di dalamnya; Anda tidak tahu data apa yang dilatih, dan alat ini dekat dengan perusahaan-perusahaan yang sangat besar,” ujar Kevin.
Kevin menjelaskan, jika seseorang atau sekelompok ingin mengembangkan model AI secara mendasar, maka masalahnya adalah modal dan sumber daya.
“Ini bukan lagi tentang teknologi, mereka telah memecahkan aspek tersebut untuk Large Language Model (Model Bahasa Besar) dan siapa pun yang memiliki daya komputasi terbesar dan uang paling banyak dapat melatih model-model AI ini, karena untuk melatihnya, dibutuhkan biaya yang sangat besar. Hal ini tergantung pada jumlah parameter dan jumlah data yang Anda gunakan untuk melatihnya,” papar Kevin.
Kevin berharap, melatih AI “menjadi inklusif”. Gita yang menjadi moderator dalam diskusi tersebut, mengamati kasus OpenAI dari open source menjadi closed source, bertanya:
“Apakah itu merupakan manifestasi dari kepribadiannya atau ketidakmampuannya untuk mengelola pemangku kepentingan yang lebih besar?” tanya Gita pada Kevin.
Kevin pun mengulang pernyataan Direktur Utama OpenAI Sam Altman, yang menjelaskan “mengapa OpenAI menjadi organisasi laba dan alasannya adalah karena mereka membutuhkan modal dan mereka tidak dapat mengumpulkan cukup uang untuk mencapai tujuan mereka membangun AGI yaitu Artificial General Intelligence.”
OpenAI mendapatkan pendanaan dari Microsoft—yang sebenarnya tidak benar-benar berinvestasi untuk amal, menurut Kevin.
"Mereka ingin mendapatkan sesuatu: hak eksklusif atas model, bobot, data pelatihan, produk konsumen, dan sebagainya, sebelum perusahaan lain bisa melakukannya,” tutup Kevin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Ferry Hidayat