Milenial dan Gen-Z dikenal sebagai segmen digital savvy atau melek digital. Kendati keseharian mereka tak bisa lepas dari platform digital, ternyata mereka masih menyukai membaca fiksi atau novel dalam bentuk fisik (buku).
Andri Agus Fabianto, CEO AKAD Group, mengungkapkan, "Berdasarkan insight di akun Instagram, Twitter, dan Tiktok--baik akun penerbit maupun penulis di AKAD--rata-rata pengikut akun di platform tersebut berusia 13—17 tahun sebanyak 35%, 18—24 tahun sebanyak 50%. Artinya, 85% pengikut kami adalah anak-anak Gen-Z. Itu sebabnya, sejak awal kami menyasar milenial dan Gen-Z."
Lebih jauh ia menjelaskan, berbeda dengan Generasi Milenial yang membaca buku benar-benar diperuntukkan untuk membaca, maka Gen-Z, yang mayoritas penggemar buku fiksi atau novel, kebiasaan membaca mereka bergeser ke arah yang lebih unik. "Buku tidak hanya sebagai bahan bacaan, tapi juga sebagai alat untuk bisa masuk ke sebuah komunitas digital (bersosialisasi), kebutuhan konten sosial media, dan FOMO (Fear of Missing Out) atau tidak mau ketinggalan tren," tambah Andri.
Sebagai pendatang baru di industri penerbitan buku, diakui Andri, AKAD Group berhasil mencatatkan kinerja positif. Sejak hadir 2021 hingga sekarang, AKAD Group telah memiliki empat perusahaan, yakni AKAD, Skuad, Be Our, dan Tekad.
"Jumlah karyawan kami yang awalnya hanya lima orang pada 2021, saat ini sudah menjadi lebih dari 32 pada semester pertama 2023. Seiring dengan pertumbuhan anak usaha dan karyawan, revenue AKAD Group juga bertumbuh tiap tahunnya. Kalau dari 2021 ke 2022, pertumbuhannya 159%. Kalau dari 2022 hingga Mei 2023, pertumbuhannya sudah mencapai 50%," kata Andri.
Sebagai salah satu penguasa pasar di industri penerbit buku atau novel yang menyasar segmen milenial dan Gen-Z, sejak awal AKAD memilih metode penjualan online. "Artinya, kami lebih dulu menjual novel-novel kami melalui platform online," paparnya.
Secara angka persentase, lanjutnya, pada 2021, porsi penjualan AKAD di online 95%, offline 5%. Pada 2022, 80% online dan 20% offline. Pada semester pertama 2023, porsi antara online dan offline menjadi 75%:25%.
"Jika mengacu pada angka penjualan online di para reseller toko online, kami hampir selalu menempati peringkat pertama berdasarkan total penjualan mereka. Berdasarkan penjualan online relasi yang juga menjual buku dari penerbit lain, mereka mengakui kalau penjualan AKAD Group berkontribusi sekitar 50% dari total jumlah pendapatan mereka," papar Andri.
Sementara itu, untuk kategori gerai offline, Andri menambahkan, sebagian besar judul novel keluaran AKAD Group sudah masuk jajaran best seller.
Tak hanya revenue, AKAD Group mampu menyabet sejumlah penghargaan bergengsi. Sebut saja, Penerbit Terfavorit selama dua tahun berturut-turut, tahun 2021 dan 2022, pada ajang penghargaan Bumi Fiksi Choice Award; Penulis Wanita Pendatang Baru Terfavorit tahun 2021 pada ajang penghargaan Bumi Fiksi Choice Award; Buku Wattpad Terfavorit selama dua tahun berturut-turut, 2021 dan 2022, pada ajang penghargaan Bumi Fiksi Choice Award; Penulis Wanita Wattpad Terfavorit tahun 2022 pada ajang Bumi Fiksi Choice Award; dan Penulis Wanita Terfavorit tahun 2022 pada ajang Bumi Fiksi Choice Award
Strategi Akad Group Untuk Bertumbuh
Kinerja moncer dengan usia yang belum seumur jagung memang tidak mudah. Diakui Andri, AKAD Group harus melancarkan strategi yang berbeda dengan incumbent ataupun pesaingnya.
Pertama, AKAD Group melakukan inovasi dalam memonetisasi berbagai produknya. Andri mencontohkan, produk novel AKAD Group dimonetisasi dalam bentuk series di platform OTT (Over the Top) atau film, menproduksi merchandise terkait aneka karakter di dalam fiksi (novel), berkolaborasi dengan brand, memproduksi album lagu, hingga konser online yang menghadirkan sekaligus menghidupkan para karakter atau tokoh di dalam novel.
Kedua, strategi dirancang secara custom atau disesuaikan dengan karakteristik dari para pengikut si penulis maupun AKAD Group. "Mulai dari membentuk komunitas organik, menggunakan jasa KOL (Key Opinion Leader) dan influencer, menggelar event offline ke sekolah-sekolah dan toko buku offline, menggelar aksi sosial, hingga media sosial internal," urainya.
Ketiga, untuk strategi penjualan di platform online, dituturkan Andri, produk dijual dengan bundling merchandise. AKAD Group juga mendesain cover-nya secara estetik untuk memenuhi kebutuhan foto di media sosial para milenial dan Gen-Z.
Lantas, apa target AKAD Group ke depan? Dijawab Andri, "Setiap tahunnya, kami memiliki target pertumbuhan sebanyak 30% dari tahun lalu. Alhamdulillah, pada realisasinya, lebih dari itu. Target selanjutnya adalah melakukan kerja sama dengan perusahaan lain atau brand untuk pengelolaan IP (Intellectual Property) dari karakter fiksi kami. Sebab, potensinya besar sekali di sini. Lalu, kami juga ingin mengembangkan sekolah kreatif, rumah produksi, hingga layanan berbagi untuk sesama."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: