Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Temuan Accenture soal Transparansi Data: Perlu dan Harus Ada Tata Kelolanya

        Temuan Accenture soal Transparansi Data: Perlu dan Harus Ada Tata Kelolanya Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan layanan konsultan profesional, Accenture mengungkapkan bahwa transparansi data adalah sesuatu yang perlu dan kini harus ada tata kelolanya.

        Dalam peluncuran laporan Accenture Technology Vision 2023 di Jakarta pada Kamis (13/7/2023), Technology Lead Accenture Indonesia, Retno Kusumawati memaparkan masalah transparansi data yang kini banyak dijumpai di sekitar masyarakat.

        Retno mengatakan, masyarakat kini dapat mengakses informasi apa pun berkat internet sebagai wadah digital yang menyediakan informasi, bahkan untuk ulasan makanan, tempat makan hingga produk. 

        Baca Juga: Laporan Accenture: Empat Tren Teknologi Ini Antar Bisnis ke Level Selanjutnya

        “Justru karena transparan, kita semua mau datang. Makanya transparansi data itu penting juga untuk perusahaan,” ujar Retno saat memaparkan tren transparansi data di acara peluncuran laporan bertajuk When Atoms Meet Bits: The Foundation of Our New Reality tersebut.

        “Ternyata dengan menjadi transparan, orang-orang malah suka begitu kan,” cetusnya. Menurutnya, perusahaan harus terbuka agar orang-orang mempercayai kredibilitas perusahaan tersebut, bahkan dari segi keberlanjutan (sustainability), masyarakat pun berhak mengetahui jumlah emisi karbon yang digunakan sebuah perusahaan.

        “Transparansi data ini menjadi sesuatu yang perlu dan sekarang harus ada governance atau tata kelolanya,” ujar Retno serius. Retno menyebutkan, tata kelola dalam transparansi data diperlukan agar perusahaan menggunakan data yang dikumpulkan tersebut secara bertanggung jawab dan etis.

        Retno bercerita bahwa Accenture sendiri memiliki laboratorium yang membantu mengumpulkan dan mengolah data untuk mendeteksi dini penyakit Alzheimer.

        “Kami bukan dokter, tetapi dari data-data yang masuk, kami olah menjadi algoritme, kami analisis, kemudian menghasilkan deteksi ciri-ciri pasien,” cerita Retno.

        Penerapan transparansi data juga terjadi di pertanian. Retno mengambil contoh kasus sebuah perusahaan yang berinisiatif menggagas platform crowdsource atau pengumpulan informasi dan analisis untuk digunakan petani.

        “Perusahaan juga akan untung, karena memberikan saran, bisa jualan juga, yang ditujukan kepada petani,” bebernya.

        Baca Juga: Agar AI di Indonesia Bisa Berkembang, Ahli: Industri hingga Pemerintah Harus Terlibat

        Di Indonesia, Accenture melaporkan bahwa pengaksesan data menjadi lebih cepat dari segi volume sebesar 43%, varietas data sebesar 24%, dan kecepatan akses data sebesar 34%.

        “Tantangan bagi perusahaan adalah untuk memungut data tersebut dan menggunakannya untuk maju ke depan,” tutup Retno.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: