Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemenuhan kebutuhan energi menjadi tantangan tersendiri di tengah upaya global menekan tingkat emisi karbon.
Menurutnya, untuk dapat memenuhi permintaan energi yang terus meningkat dan bersamaan dengan upaya penurunan emisi gas rumah kaca perlu adanya beberapa upaya, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca dari operasi melalui efisiensi energi.
"Pengurangan suar dan mengelola emisi metana, serta semakin memberi daya pada operasi dengan sumber energi rendah karbon atau terbarukan," ujar Arifin dalam paparanya di acara IPA Convex, Selasa (25/7/2023).
Baca Juga: Menteri ESDM: Migas Masih Mainkan Peran Penting dalam Masa Transisi Energi
Arifin mengatakan, kebijakan lainnya adalah dengan mengurangi emisi melalui peningkatan penggunaan gas alam, peningkatan efisiensi dalam sistem bahan bakar mesin, dan mengembangkan teknologi mobilitas rendah karbon, seperti kendaraan listrik, biofuel, gas alam cair, amonia, dan sel bahan bakar hidrogen.
Menurutnya, dengan emisi yang lebih rendah daripada bahan bakar fosil lainnya dan sumber energi yang dapat dikirim, gas alam akan menjadi elemen penting dari transisi energi.
"Mengembangkan hidrogen karbon rendah yang dapat mendukung sektor-sektor yang sulit dikurangi seperti industri berat dan transportasi tugas berat," ujarnya.
Lanjutnya, ia menilai sektor minyak dan gas memiliki pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi hidrogen dari gas alam sebagai sumber energi rendah karbon dan berbiaya rendah.
Guna mencapai tujuan terciptanya ketahanan energi dan menekan gas rumah kaca juga perlu diterapkan carbon capture storage (CCS) dan carbon capture, utilisation, and storage (CCUS).
"Tahun ini, Pemerintah Indonesia telah mengumumkan peraturan tentang Penerapan CCS dan CCUS dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan ini mencerminkan pengakuan Pemerintah Indonesia terhadap CCS dan teknologi CCUS sebagai cara yang menjanjikan untuk mengurangi emisi karbon untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060," ucapnya.
Selain mencapai target emisi nol bersih pada 2060, CCS dan CCUS juga dapat meningkatkan produksi minyak dan gas Indonesia menjadi 1 miliar barel minyak dan 12 miliar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030.
Arifin menyebut, sampai dengan saat ini terdapat 15 proyek CCS/CCUS dalam berbagai tahap, misalnya Gundih CCUS/Enhanced Gas Recovery (EGR) di Jawa Tengah dan Sukowati CCUS/Enhanced Oil Recovery (EOR) di Jawa Timur.
"Proyek yang akan segera dilaksanakan adalah Tangguh CCUS/Enhanced Gas Recovery, yang akan mengurangi 25 juta ton CO2 dan meningkatkan produksi gas hingga 300 BSCF pada tahun 2035. Proyek ini ditargetkan on-stream pada tahun 2026," ungkapnya.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan bahwa kolaborasi internasional yang lebih kuat dan kemitraan multi-pemangku kepentingan di ranah global sangat penting untuk memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan keamanan pengembangan CCS/CCUS.
Baca Juga: Lewat Co-firing, PLN Klaim Turunkan Emisi hingga 429 Ribu Ton CO2
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti