Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Satu Juta Orang Mengungsi Akibat Banjir di Provinsi Hebei China

        Satu Juta Orang Mengungsi Akibat Banjir di Provinsi Hebei China Kredit Foto: Reuters/Tyrone Siu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sedikitnya enam orang tewas dan empat orang hilang akibat hujan deras yang mengguyur Kota Shulan Provinsi Jilin dan wilayah China lainnya. Otoritas Tiongkok memastikan sebagian besar wilayah Beijing terselamatkan karena para pejabat mereka memastikan banjir mengalir ke kota-kota lainnya.

        Media Negara China melaporkan bahwa pejabat di Provinsi Hebei, yang berbatasan dengan Beijing, telah mengaktifkan gerbang banjir dan saluran pelimpah di tujuh zona pengendalian banjir dataran rendah untuk mencegah sungai dan waduk di Beijing dan kota metropolis utama di kawasan itu, Tianjin, meluap.

        Ni Yuefeng, ketua Partai Komunis di Hebei, menyatakan bahwa dia memerintahkan pengaktifan debit air yang teratur dari area penyimpanan dan pengalihan banjir untuk mengurangi tekanan pada pengendalian banjir Beijing, dan membangun ‘parit' untuk ibu kota China agar tidak terendam banjir.

        Sayangnya, langkah tersebut justru membuat kota terdekat yakni Zhuozhou di Hebei, terendam banjir lebih parah karena tanggul yang jebol dan sungai lokal yang meluap. 

        Menurut New York Times, jalan-jalan dan lingkungannya berubah menjadi danau cokelat berlumpur, dengan air setinggi 23 kaki yang menghancurkan rumah dan bisnis.

        Hampir satu juta orang terpaksa mengungsi di provinsi itu dan di desa-desa yang berdekatan di pinggiran Beijing. 

        Di beberapa daerah, banjir mengganggu pasokan listrik serta koneksi internet dan seluler.  Warga yang menjadi korban banjir saat ini mulai berani memposting permohonan bantuan online, untuk menemukan saudara atau keluarga merela yang hilang bersama ratusan orang lainnya.

        Di Cina, krisis di Kota Zhuozhou memicu kemarahan masyarakat dan semakin meluas setelah melihat beberapa daerah malah dibanjiri beragam bantuan, sementara bantuan buat mereka datang lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga membuat banyak orang terlantar.  

        Dalam penelusuran New York Times, ditemukan fakta para penyintas yang mengeluhkan bahwa mereka tidak diberi banyak informasi atau peringatan tentang banjir dari pemerintah China, dan mempertanyakan apakah mereka akan diberi kompensasi atas kerugian mereka.

        Secara khusus, orang-orang mengecam apa yang mereka anggap sebagai kepemimpinan Hebei yang lebih tertarik untuk menenangkan para pemimpin nasional di Beijing daripada melindungi jutaan warga China.  

        "Untuk melindungi Beijing, tidak ada yang peduli jika kami di Hebei kebanjiran," keluh seorang penduduk desa di pinggiran Zhuozhou kepada New York Times, yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan karena takut pembalasan dari otoritas China karena berani mengkritik pemerintah.  

        Sementara seorang warga bermarga yu mengaku tidak ada yang pernah memberi tahu mereka tentang debit banjir atau mengingatkan warga agarvbersiap untuk mengungsi, sebelum pemukiman mereka diguyur hujan hingga terendam banjir.

        Dalam laporannya, New York Times menyebut pemerintah dan Partai Komunis China telah menyisihkan setidaknya USD 20 juta untuk upaya pencegahan banjir, bantuan dan rekonstruksi di Beijing dan Hebei, USD 63 juta lainnya dialokasikan pada hari Jumat ke Beijing, Tianjin dan Hebei  untuk pemulihan bendungan, waduk, dan fasilitas air lainnya.

        China, selama beberapa tahun, telah menghadapi keadaan darurat cuaca ekstrem di seluruh negeri.  Hujan satu jam terberat di dunia yang pernah tercatat di kota besar terjadi dua tahun lalu di pusat kota Zhengzhou, membanjiri kereta bawah tanah dan underpass jalan.  

        Hujan minggu ini di sepanjang perbatasan provinsi Beijing-Hebei, dengan curah hujan hampir 30 inci di Beijing barat laut, terjadi segera setelah gelombang panas paling parah di Beijing sejak pembacaan suhu modern dimulai pada tahun 1961.

        Banjir juga merendam salah satu bandara internasional terbesar dunia di Beijing yang berada paling selatan di sebelah perbatasan Hebei, diaman terdapat lima landasan pacu, bukan dua atau tiga landasan pacu seperti yang terdapat di bandara udara biasanya.

        Setelah melihat pesawat jet komersial digenangi banjir, otoritas China setempat akhirnya menutup bandara tersebut.

        New York Times menyebut Menteri Sumber Daya Air China, Li Guoying, memerintahkan keamanan absolut dari target pertahanan utama seperti Area Baru Xiong’an dan Bandara Beijing Daxing, menjadi hal prioritas yang mereka jaga.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: