Kinerja Perbankan Cetak Rekor, Kepala Ekonom BTN Ramal Masa Depan Perbankan RI
Prestasi industri perbankan Indonesia sepanjang kuartal pertama 2023 dapat dibilang luar biasa. Hal ini tercermin dari sejumlah pencapaian pertumbuhan laba yang mencapai angka double digit.
Diketahui, industri perbankan secara keseluruhan berhasil mencapai tingkat laba All Time High (ATH) atau tertinggi sepanjang masa setelah mengalami kesulitan selama masa pandemi.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 27%, sedangkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat 25%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat 31%, dan PT Bank Central Asia TBk (BCA) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 43%.
Baca Juga: Prospek Kian Cerah, Sektor Properti Butuh Stimulus Pemerintah Agar Bergairah
Winang Budoyo, Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), mengevaluasi performa yang positif dari bisnis perbankan Indonesia di tengah gejolak sektor perbankan global, yang tidak terlepas dari pengaruh kuatnya peraturan yang efektif dalam menjaga ketahanan perbankan terhadap berbagai guncangan.
“Di sisi lain, mereka bisa mengatur cost of fund relatif rendah di tengah gejolak suku bunga yang terus naik sejak Agustus 2022. Artinya untuk memiliki laba tinggi dengan menekan cost of fund tentunya mereka harus mempunyai margin yang cukup besar karena itulah labanya juga bisa tinggi,” jelas Winang Budoyo, dikutip dari kanal Youtube Rivan Kurniawan pada Kamis (10/8/2023).
Agar dapat menghadapi tantangan di masa yang akan datang, ia menggarisbawahi pentingnya memberikan perhatian khusus terhadap tekanan suku bunga yang masih tetap tinggi secara relatif. Walaupun sektor perbankan memiliki peluang untuk menumbuhkan laba, namun prospek pertumbuhan tersebut diperkirakan akan sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
“Ke depannya tentu saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tekanan beban bunga ini masih tinggi. Sebetulnya, The Fed sudah mulai ada tanda-tanda mau menurunkan bunga, tapi masih belum tahu. Intinya bank besar perlu melakukan efisiensi pada cost of fund, sehingga laba tetap terjaga. Hal itu bisa ada potensi naik, tapi mungkin pertumbuhannya tidak sebesar sebelum-sebelumnya,” terang Winang.
Winang juga menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi mengalami penurunan. Oleh sebab itu, menurutnya, sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga di 5,75%.
“Dampak pandemi memang ketidakpastian masih ada, di Juni kemarin inflasi kita sudah turun jadi 3,5%, jadi kondisinya berbeda. Jadi saya rasa sebagai upaya juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI akan bertahan di 5,75%. Apa lagi (ekonomi) Indonesia saya lihat memang potensinya lebih banyak akan turun daripada untuk naik lagi,” tuturnya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17% pada Triwulan II-2023, Bagaimana Dampak Positifnya?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti