Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tekan Polisi Udara, PLN IP Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan pada PLTU

        Tekan Polisi Udara, PLN IP Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan pada PLTU Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam upaya menekankan polusi udara di sektor kelistrikan, PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menerapkan berbagai teknologi ramah lingkungan guna menekan emisi dari pembangkit listrik berbasis batu bara.

        Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra menjelaskan, dalam mengoperasikan pembangkit, pihaknya menjunjung tinggi prinsip Enviromental, Social and Governance (ESG), sehingga PLN IP memperhatikan emisi gas buang dari pembangkit. 

        "Selama PLTU atau PLTGU beroperasi, kami selalu berupaya tekan emisinya semaksimal mungkin, serta dimonitor secara real-time, terhubung langsung dengan dashboard Kementerian LHK," ujar Edwin dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (21/8/2023).

         Baca Juga: Program Electrifying Marine PLN Bertambah 2.169 Pelanggan, Pelaku Usaha Bisa Hemat Biaya Produksi Hingga 60%

        Edwin mengatakan, operasional PLTU PLN IP telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan termutakhir Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memastikan emisi gas buang dari operasional pembangkitan ditekan semaksimal mungkin. 

        CEMS merupakan teknologi yang digunakan untuk memantau emisi pembangkit secara terus-menerus. Sehingga, emisi yang keluar dari cerobong dapat dipantau secara real-time dan dipastikan tidak melebihi baku mutu udara ambien yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

        Ia menyebut, di kawasan Jabodetabek, seluruh pembangkit PLN IP mulai dari PLTU Suralaya 1-7, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Priok, PLTU Labuan, PLTU Lontar, dan PLTU Suralaya 8 telah dilengkapi CEMS.

        Sementara ESP merupakan teknologi ramah lingkungan pada PLTU yang berfungsi untuk menangkap debu dari emisi gas buang yang didesain mampu menyaring dan menangkap debu dengan ukuran sangat kecil (

        Serta teknologi ramah lingkungan pengendali polutan lainnya (NOx dan SOx). Seluruh pembangkit PLN IP yang ada di sekitar Jabodetabek telah memakai teknologi ESP, yaitu PLTU Suralaya 1-7, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Labuan dan PLTU Suralaya 8.

        "Berbagai upaya yang dilakukan PLN IP di atas berhasil memperbaiki kualitas udara ambien di sekitar lokasi pembangkit di Jakarta dan Banten. Parameter PM 2,5 di sekitar lokasi pembangkit menunjukkan tren yang cenderung menurun dan masih di bawah Baku Mutu Ambien (BMA) yang ditetapkan pemerintah," ucapnya.

        Seperti diketahui, KLHK menetapkan ambang batas baku mutu emisi pembangkit tenaga listrik sebesar 550 mg per Nm3 untuk parameter SO2 dan NOx serta 100 mg per Nm3 untuk parameter partikulat pada PLTU batu bara, sedangkan untuk PLTGU (Gas) sebesar 150 mg per Nm3 untuk parameter SO2, 400 mg per Nm3 untuk parameter NOx dan 30 mg per Nm3 untuk parameter partikulat.

        "Hasil Monitoring CEMS per 15 Agutus 2023 dari parameter SO2, NOx, PM, dan Hg pembangkit-pembangkit yang dioperasikan PLN IP berada di bawah Baku Mutu Emisi (BME) sesuai dengan ketentuan Kementerian LHK terkait BME pembangkit tenaga listrik," ungkapnya. 

        Selain itu, PLN IP mendukung penuh program PLN yang senantiasa menyambut industri yang hendak beralih menggunakan listrik PLN yang operasionalnya lebih efisien dan emisinya lebih rendah serta terpantau secara real-time.

        Hingga saat ini, terdapat 12 captive power dengan daya sebesar 224 MW di Jakarta, Banten, dan Jabar yang telah beralih menggunakan listrik dari PLN.

        Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Apa Penyebab Sebenarnya?

        "Upaya PLN IP ini dilakukan guna turut menurunkan emisi dari sektor industri, sehingga para pelaku industri dapat lebih fokus ke bisnisnya karena PLN IP yang siapkan listriknya," ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: