Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengatasi Tantangan Keuangan di Tengah Disrupsi Dunia: Investasi Deposito atau Obligasi?

        Mengatasi Tantangan Keuangan di Tengah Disrupsi Dunia: Investasi Deposito atau Obligasi? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di tengah perubahan besar yang sedang terjadi di dunia, banyak orang merasa bingung tentang bagaimana cara yang paling bijak untuk menyimpan uang mereka. 

        Prof Rhenald Kasali, akademisi sekaligus praktisi bisnis, berbicara tentang pentingnya memahami perubahan ini. Disrupsi tidak hanya memengaruhi produk dan layanan, tetapi juga gaya hidup, pandangan masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan.

        Bahkan saat ini, situasi ekonomi Amerika Serikat terlihat tidak menentu dengan kemungkinan resesi pada tahun 2023. Terkait dengan hal ini, The Fed telah memproyeksikan peluang resesi sebesar 66% dalam 12 bulan mendatang.

        Baca Juga: Awali Karier di Dunia Investasi, Jesse Choi Berbagi Tips Cara Berinvestasi di Kripto

        Dalam upaya menghadapi ketidakpastian, Prof Rhenald menyoroti pentingnya memahami berbagai pilihan investasi yang ada.

        “Ketika menghadapi perubahan besar seperti ini, banyak orang yang ingin menjaga tabungan mereka agar tetap aman dan terkendali. Dalam hal ini, pilihan investasi adalah kuncinya,” jelas Prof Rhenald, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Rabu (30/8/2023).

        Prof Rhenald menyebut ada beberapa pilihan yang dapat dipilih, bergantung pada profil risiko dan tujuan finansial masing-masing individu. Dia menggarisbawahi dua opsi utama, yakni deposito dan obligasi.

        Menurut Prof Rhenald, deposito di bank menjadi pilihan pertama bagi mereka yang ingin menghindari risiko besar daripada investasi saham. Di samping itu, deposito juga memiliki potensi risiko karena bank menawarkan bunga sekitar 2-5%.

        “Sekarang ini deposito memiliki bunga sekitar 2% sampai 5%, tergantung banknya, kalau bank sedang butuh uang, maka mereka akan memberikan bunga yang lebih besar, ini yang jadi berisiko,” tutur Prof Rhenald.

        Lebih lanjut, obligasi menjadi alternatif lain yang disarankan oleh Prof Rhenald karena diterbitkan oleh negara dan dianggap sebagai aset bebas risiko (Risk Free Asset). Meskipun tidak sepenuhnya bebas risiko, obligasi memiliki risiko lebih rendah dibandingkan pilihan lainnya. 

        Prof Rhenald menunjukkan bahwa obligasi memiliki keunggulan seperti pembayaran kupon berkala.

        “Misalnya, jika seseorang mendapat kupon dari obligasi di Bibit 7% per tahun, maka Anda kena pajak 10%. 10% dari 7% itu adalah 0,7%, maka seseorang akan menerima 6,3%, jadi selisihnya 2,3%. Nah ini kan lumayan,” terangnya.

        Terkait dengan cara pembayaran, Prof Rhenald mencatat bahwa obligasi memberikan fleksibilitas dengan pembayaran kupon setiap enam bulan.

        Selain itu, dalam hal keamanan, dia mencatat bahwa sepanjang sejarah, negara jarang gagal membayar obligasi, bahkan dalam kondisi krisis ekonomi.

        “Dalam sejarah, saya tidak pernah mendengar negara gagal bayar obligasi, walaupun mereka tengah menghadapi krisis,” ucap Prof Rhenald.

        Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik, Investasi Saham dan Obligasi Akan Paling Bergairah

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nevriza Wahyu Utami
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: