Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengulik Proyek Rempang Eco-City: Berkonflik Tetapi Datangkan Banyak Manfaat Ekonomi?

        Mengulik Proyek Rempang Eco-City: Berkonflik Tetapi Datangkan Banyak Manfaat Ekonomi? Kredit Foto: Antara/Teguh Prihatna/nz
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pembangunan ekowisata dan kota ramah lingkungan semakin menjadi sorotan di seluruh dunia seiring dengan kesadaran manusia yang semakin tinggi terhadap dampak negatif dari perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Salah satu proyek yang menarik perhatian adalah Proyek Rempang Eco-City di Indonesia. 

        Proyek yang di bangun di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, tersebut dikabarkan mendatangkan kontroversi, terutama dari masyarakat setempat. Pasalnya, dalam pembangunan proyek ini mengharuskan untuk merelokasi penduduk yang berjumlah sekitar 7.500 jiwa dari pulau Rempang ke Pulau Galang. 

        Penduduk setempat Pulau Rempang tidak setuju dengan hal tersebut dan menolak keras untuk di relokasi. Hal tersebut kemudian menyebabkan bentrok antara pihak keamanan dan masyarakat yang berunjuk rasa. 

        Baca Juga: Pulau Rempang Series: Jejak Permukiman Liar Jelang Pembangunan Eco City

        Di samping itu, proyek yang telah ditetapkan menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN) 2023 ini digadang-gadang menjadi kawasan ekonomi baru, yang memiliki potensi investasi yang jumbo hingga Rp381 triliun. Tidak hanya itu, proyek yang berdiri di atas lahan 17.000 hektare ini juga sebut akan menyerap tenaga kerja hingga ratusan ribu pekerja.

        Profil Rempang Eco-City

        Wacana terkait pembangunan kawasan ekonomi hijau, proyek Rempang Eco-City, diketahui telah direncanakan sejak belasan tahun lalu, yakni tahun 2004. Saat itu, Badan Pengusahaan (BP) Batam dan PT Makmur Elok Graha (MEG), yang merupakan anak perusahaan dari Grup Artha Graha milik Tomy Winata, melakukan perjanjian untuk mengembangkan kawasan rempang di lahan seluas 17.000 hektare.

        Namun, pengembangan proyek tersebut terhenti selama 18 tahun lantaran permasalahan dokumen. Selanjutnya, pada tahun 2023, proyek Rempang Eco-City ini kembali dilanjutkan dan menjadi salah satu PSN.

        Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait mengatakan, masuknya pembangunan Rempang sebagai PSN 2023 tertuang dalam Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.

        "Aturan ini disahkan Menko Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto pada 28 Agustus 2023 lalu di Jakarta," ujar Tuty, dilansir dari Tempo, Selasa (12/9/2023). 

        Melalui kerja sama antara BP Batam dan PT MEG, diharapkan proyek ini dapat mendorong kawasan industri, perdagangan, hingga wisata terintegrasi, sehingga nantinya mampu bersaing dengan Singapura dan Malaysia.

        Selain menjadi kawasan industri dan wisata, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap Pulau Batam sebagai pusat energi terbarukan yang memanfaatkan panas matahari.

        “Proses pengolahan energi solar (matahari) di Batam nantinya dari hulu ke hilir, sehingga dapat mengekspor energi ke Singapura dan negara lain. Saya ingin Batam menjadi daerah sumber renewable energy terbaik di Indonesia,” tuturnya, dikutip Selasa (12/9/2023).

        Target Investasi yang Fantastis

        Proyek pembangunan kawasan Rempang memang digadang-gadang akan menjadi kawasan ekonomi hijau terbaru yang dimiliki Indonesia. Diketahui bahwa proyek ini menargetkan investasi hingga Rp381 triliun dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 308.000 pekerja hingga tahun 2080.

        Hingga saat ini, jumlah investasi pengembangan Kawasan Rempang Eco-City Batam telah mencapai Rp43 triliun. Airlangga menginginkan target investasi awal sebesar Rp50 triliun dapat digenapkan oleh PT MEG sebagai pengembang. Selain itu, PT MEG sendiri diharapkan akan membantu pemerintah menarik investor asing maupun lokal untuk mengembangan ekonomi di Pulau Rempang.

        “Dalam dua tahun terakhir, di 2022 kalau tidak salah investasinya Rp18 triliun. Kemudian, investasi sebelumnya Rp25 triliun," ujarnya. Airlangga menyebut pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau sebesar 5,09% dan Batam sebesar 6,84% merupakan bekal awal untuk membangun Rempang Eco-City. Kini proses pengembangan hanya tinggal menunggu peraturan presiden dan penyelesaian kendala teknis di lapangan. 

        Investor China Mulai Masuk

        Pengembangan proyek Rempang Eco-City menjadi kawasan ekonomi hijau baru yang dimiliki oleh Indonesia dikabarkan telah menarik minat investasi dari produsen kaca terkemuka asal China, yakni Xinyi Glass Holdings Ltd.

        Tak main-main, dana investasi yang siap digelontorkan oleh Xinyi Glass Holding dalam proyek kawasan hijau tersebut dilaporkan mencapai US$11,6 miliar ekuivalen Rp175 triliun atau sekitar 45,93 persen dari total investasi yang ditargetkan, yakni Rp381 triliun. Komitmen investasi tersebut bahkan telah disepakati dalam perjanjian kerja sama antara Indonesia dan China yang telah ditandatangani pada 18 Juli 2023 lalu. 

        Menteri Penanaman Modal/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Kepala BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, investasi tersebut akan berkontribusi dalam membangun ekosistem industri kaca dan panel surya di wilayah Rempang, Batam, Indonesia.

        "Investasi dari Xinyi Glass di Indonesia akan menjadi yang terbesar di luar China," kata Bahlil dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Selasa (12/9/2023). 

        Sebelum resmi meneken kontrak kerjasama, pada 16 April 2023, Xinyi Glass Holdings Ltd sengaja datang ke Batam untuk mempelajari secara langsung iklim usaha di pulau tersebut. CEO Xinyi Glass Holdings Ltd, Tung Chiang Sai mengatakan bahwa ia sangat memperhatikan pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dilakukan di Batam. Ia optimis Batam akan menjadi pilihan yang tepat untuk berinvestasi jika pembangunan infrastrukturnya terus berlanjut.

        "Batam sangat maju dan berkembang di Indonesia, banyak perusahaan China tertarik terhadap Batam. Saya sendiri sedang mempelajari iklim investasi di Batam dan memang sangat menarik serta menjanjikan bagi dunia investasi," ujar Tung. 

        Baca Juga: Bentrok di Pulau Rempang Batam, KemenPPPA Himbau Penyelesaian Tidak Bahayakan Anak-anak

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: