Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PLN Kembangkan Biomassa untuk Tekan Emisi Karbon Sekaligus Rehabilitasi Lahan

        PLN Kembangkan Biomassa untuk Tekan Emisi Karbon Sekaligus Rehabilitasi Lahan Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT PLN (Persero) melakukan pengembangan biomassa sebagai bahan baku alternatif energi bersih untuk mengurangi emisi karbon, salah satunya melalui program co-firing atau substitusi sebagian batu bara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan biomassa dari tanaman energi. 

        Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan co-firing yang dikembangkan PLN merupakan inovasi strategis untuk meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan. 

        Bukan hanya itu, dalam menjamin ketersediaan bahan baku biomassa untuk teknologi ini justru mampu menghidupkan lahan tandus milik rakyat, sehingga mampu mendorong geliat ekonomi baru.

        Baca Juga: PLN Luncurkan Laporan TCFD Soal Manajemen Risiko hingga Strategi Capai NZE di 2060

        "Kami sebagai BUMN tak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan energi bersih saja. Inovasi yang kami kembangkan ini juga menyasar berbagai aspek, mendorong ekonomi rakyat, menjaga kelestarian hutan dan rehabilitasi lahan tandus serta melepas ketergantungan atas bahan bakar fosil," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (18/9/2023). 

        Sebagaimana diketahui, melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), PLN melakukan uji coba pengembangan ekosistem green economy di Gunung Kidul, Yogyakarta. Di mana lahan tandus yang tak terpakai disulap PLN menjadi kawasan green energy sekaligus sebagai sumber kebutuhan pakan ternak.

        Upaya yang selaras dengan prinsip Enviromental, Social, and Governance (ESG) ini menjadi salah satu penguatan rantai pasok biomassa di Indonesia untuk teknologi co-firing.

        Melalui upaya ini, masyarakat desa juga mampu menghemat biaya pakan ternak dan memanfaatkan lahan tandus jadi sumber ekonomi baru.

        Vice President Pengadaan, Pengendalian dan Logistik Biomassa PLN EPI, Erfan Julianto menambahkan pada tahun 2025, PLN EPI akan membutuhkan pasokan biomassa hingga 10,2 juta ton per tahun. 

        "Pengembangan ekosistem green economy dan juga sumber biomassa lainnya akan terus dilakukan oleh PLN EPI untuk memperkuat rantai pasok biomassa," ujar Erfan. 

        Erfan mengatakan, pada tahun ini, rasio teknologi co-firing di PLTU sebesar 1-3% dengan jumlah volume biomassa sebesar 573 ribu ton. Pada tahun 2025, ratio teknologi co-firing akan ditingkatkan hingga 10%, maka dibutuhkan pasokan biomassa hingga 10,2 juta ton per tahun. Produk kehutanan yang dimanfaatkan PLN EPI, seperti sawdust, wood chip maupun wood pellet, menjadi salah satu produk unggulan kehutanan.

        "Lewat teknologi ini tidak hanya bermanfaat bagi PLN, tetapi juga bagi masyarakat luas karena pengembangan hutan energi dan pemanfaatan lahan tandus ini sesuai dengan prinsip circular economy atau ekonomi kerakyatan," ucapnya. 

        Lanjutnya, pilot project pengembangan ekosistem green economy di Gunung Kidul tersebut juga akan direplikasi oleh PLN EPI di beberapa wilayah Indonesia lainnya. 

        Menurutnya, tanpa harus menggangu lahan produktif masyarakat, PLN justru akan memanfaatkan lahan tidur dan lahan tandus menjadi lahan produktif yang tak hanya bermanfaat bagi rantai pasok energi, tetapi juga mendorong perekonomian masyarakat.

        "Dengan adanya potensi lahan kritis dan potensi rehabilitasi lahan sebesar 12 juta hektare yang bisa dimanfaatkan, ke depan, lewat dukungan pemerintah, kami akan memanfaatkan lahan ini, sehingga bisa memberikan multiplier effect yang lebih baik bagi lingkungan dan juga masyarakat," ungkapnya.

        Baca Juga: Menuju NZE 2060, Pemerintah Indonesia Bakal Bangun Energi Terbarukan dari Tenaga Surya hingga Nuklir

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: