Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Beras Mulai Meroket, Pemprov Jabar Bakal Gencar Gulirkan Operasi Pasar

        Harga Beras Mulai Meroket, Pemprov Jabar Bakal Gencar Gulirkan Operasi Pasar Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) telah merencanakan beberapa langkah untuk menghadapi El Nino berkepanjangan. Pasalnya kondisi tersebut bakal berdampak pada kenaikan harga beras di Jawa Barat.

        Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga beras per Kamis (14/9/2023) naik lagi. Harga beras medium dilaporkan naik Rp40 ke Rp12.850 per kg dan naik Rp60 ke Rp14.490 per kg untuk jenis premium. Ini adalah rekor harga tertinggi baru untuk harga beras di dalam negeri, secara rata-rata nasional harian di tingkat pedagang eceran.

        Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin mengatakan Pemprov Jabar telah berkoordinasi dengan berbagai pihak akan melakukan Operasi Pasar (OP) dan Gerakan Pangan Murah (GPM).

        Baca Juga: Turun Dongrak Ekonomi Warga Jabar, Begini Strategi PLN UIP JBT

        "Barusan kami melakukan rapat pimpinan terkait inflasi dan kenaikan harga beras bersama BI Jabar, BPS Jabar, Bulog Jabar, BMKG, juga Pangdan III Siliwangi, Kajati Jabar, Wakapolda Jabar, Sekda Jabar serta organisasi perangkat daerah lainnya," kata Bey kepada wartawan di Bandung, Senin (18/9/2023) sore.

        Berkenaan dengan kenaikan harga beras, Bey memastikan bahwa stok cadangan beras di Provinsi Jawa Barat tergolong aman. Bahkan, untuk ketersediaan sudah ada bantuan pangan yang digulirkan Presiden Joko Widodo.

        "Di Jawa Barat terdapat 4,1 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Untuk mengatasi itu, segera kita akan melakukan OP dan GPM secara masif," ungkapnya.

        Sedangkan untuk mengatasi kekeringan yang melanda wilayah Jabar, ia menuturkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPBD Jabar dengan menyiapkan 5,7 juta liter air yang sudah didistribusikan ke 18 kabupaten/kota.

        "Beberapa wilayah yang mengalami kekeringan parah seperti Indramayu, Bekasi, dan Sukabumi. Itu semua sudah kami pantau dan juga pengiriman air sudah dilakukan," tegasnya.

        Adapun Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat, Erwin Gunawan Hutapea mengatakan inflasi Jabar hingga Agustus 2023 secara year on year (yoy) tercatat 3,47 persen. Sedangkan secara year to date (ytd) sampai Agustus 2023 inflasi Jabar mencapai 1,47 persen.

        "Angka tersebut di Pulau Jawa termasuk yang terendah kedua. Jadi secara provinsi yang mengalahkan Jabar untuk inflasi ytd cuma DKI Jakarta," bebernya.

        Erwin menyebutkan target inflasi Jabar sampai dengan akhir tahun 2023 masih terjangkau, sehingga memiliki ruang untuk mengejarnya.

        "Insyaallah kita bisa jaga inflasi Jabar dengan koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Tentu,  dengan arahan Pak Pj Gubernur Jabar dan seluruh instansi terkait kita akan mengendalikan inflasi berada dalam rentan target 3 plus minus 1," jelasnya.

        Berkenaan dengan kenaikan harga beras, ia menuturkan hal ini merupakan dampak dari kondisi iklim di tanah air. Menurutnya, El Nino terjadi secara global bukan hanya sebatas di Indonesia saja dan Jawa Barat. Kekeringan ini memengaruhi pola tanam dan produksi beras. 

        "Secara cadangan untuk Jabar berada dalam jumlah yang memadai dan Bulog sudah melakukan proses untuk menambah stok dengan melakukan impor," katanya.

        Sementara dari sisi permintaan, adanya Program Bantuan Pangan yang sudah direalisasikan kepada 4,1 juta KPM membuat kebutuhan pangan masyarakat akan tercukupi selama tiga bulan ke depan.

        "Setiap keluarga menerima bantuan berasa sebanyak 10 kg untuk tiga bulan ke depan," ujarnya.

        Langkah ini akan memengaruhi permintaan. Sebab, penetapan harga sangat dipengaruhi permintaan dan penawaran. Permintaan sudah dipenuhi oleh stok yang ada, sedangkan penawaran akan dipenuhi oleh OP dan GPM yang dilakukan secara masif. 

        "OPM dan GPM akan digelar secara masif, sehingga bisa memberikan ketenangan kepada masyarakat bahwa stok beras ada," tegasnya.

        Erwin menambahkan kondisi El Nino seperti yang disampaikan oleh BMKG diharapkan pada awal November 2023, curah hujan mulai turun, sehingga kekeringan akan berkurang. 

        "Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dalam menghadapi El Nino ini, sehingga tidak terjadi panic buying," pungkasnya.

        Baca Juga: Siapkan Hampir 28 Ribu Ton Beras, Bulog Sumut Bakal Distribusikan ke 926 Ribu KPM

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: