Kornas Kritik Sikap Koalisi Parpol: Publik Tidak Diberikan Informasi Ide dan Gagasan
Kongres Rakyat Nasional (KORNAS), menyoroti soal perkembangan koalisi capres di Pilpres 2024. Menurut presidium KORNAS, Sutrisno Pangaribuan, saat ini koalisi parpol pengusung Capres tak pernah memberikan
informasi soal ide, gagasan, dan program yang ditawarkan.Hal yang sama menurutnya juga dilakukan oleh bacapres yang hanya bermodalkan survei semata.
Baca Juga: Inovasi Perkuat Baznas, Ini Empat Program Unggulan di Rakornas 2023
“Sama sekali tidak ada kemajuan dalam penentuan koalisi (kerjasama) parpol. Publik tidak pernah diberi informasi terkait ide, gagasan, program politik, dan alasan membentuk koalisi. Bahkan dalam piagam koalisi yang dibuatpun tidak tercantum materi terkait kebutuhan dan kepentingan rakyat,” jelas Sutrisno dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (20/9/23).
“Demikian pula dengan bakal calon presiden (bacapres) yang akan diusung pun diusulkan hanya berdasarkan hasil survei. Bukan karena rekam jejak yang menakjubkan atau karena prestasi selama menjadi pemimpin,” tambahnya.
Sutrisno menilai koalisi Parpol dan para bacapres sejauh ini hanya sibuk mementingkan kepentingan mereka sendiri. Ia pun menyoroti sikap elite politik yang sempat ingin saling melaporkan saat koalisi bubar. Menurut Sutrisno sikap elite parpol termasuk dalam koalisi membenarkan ucapan Gus Dur soal elite parpol layaknya anak TK.
“Publik disuguhi dagelan politik dari para sutradara dan aktor yang hanya sibuk demi kepentingan politik jangka pendek. Saat membentuk koalisi, mereka asyik saling memuji, hingga tanda tangani piagam koalisi. Sewaktu koalisi bubar mereka saling memaki hingga ancam lapor polisi. Kelakuan elit politik persis sama dengan pernyataan Gus Dur saat menyebut DPR (Parpol) sebagai anak taman kanak-kanak (TK), bahkan turun menjadi kelompok bermain anak (playgroup),” jelasnya.
Baca Juga: Kornas Sorot Nama Perwira Tinggi TNI dan Polri Aktif Jadi Penjabat Kepala Daerah, Tegas Minta Jokowi Lakukan Ini
“Kebutuhan dan kepentingan rakyat tidak masuk dalam alasan pembentukan maupun bubarnya koalisi. Orientasinya hanya untuk kepentingan kekuasaan elit parpol dan bagi- bagi kursi semata. Sehingga tidak ada koalisi yang idiologis, strategis, kokoh jangka panjang. Hari ini selalu bersama, besok sudah berpisah, kemarin terlihat serasi, hari ini langsung cerai. Kualitas demokrasi kita sangat rendah, karena politisi tidak akrab dengan literasi dalam politik. Sehingga dinamika politik kita sepi dan kering dari hal- hal strategis dan menarik,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: