Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kian Sengitnya Balapan Elektabilitas Prabowo-Ganjar, Anies Masih Sulit Mengejar!

        Kian Sengitnya Balapan Elektabilitas Prabowo-Ganjar, Anies Masih Sulit Mengejar! Kredit Foto: Detik
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dua figur capres dengan elektabilitas tertinggi kembali bersaing sengit. Temuan survei NEW INDONESIA Research & Consulting menunjukkan Prabowo Subianto masih menempati posisi unggul dengan elektabilitas mencapai 27,8 persen.

        Elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami rebound, setelah sebelumnya sempat anjlok pada survei bulan Mei 2023. Dengan raihan elektabilitas 25,0 persen, Ganjar berhasil memulihkan kekuatan kembali seperti pada survei bulan Maret, tetapi masih kalah oleh Prabowo.

        Baca Juga: Waketum Gerindra soal Khofifah Jadi Favorit: Bu Khofifah Tipikal Pejuang seperti Pak Prabowo, Gagal Bangkit Lagi'

        Peringkat ketiga tetap diduduki Anies Baswedan dengan elektabilitas 13,7 persen, jauh di bawah Prabowo maupun Ganjar. Kekuatan Anies relatif membaik dibandingkan dengan tren penurunan terus-menerus sejak awal tahun, kini naik tipis dari survei bulan Juli.

        “Adu kuat antara Prabowo dan Ganjar terus berlangsung, sedangkan Anies sulit mengejar keduanya,” ungkap Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, pada Selasa (26/9).

        Menurut Andreas, diperlukan waktu hampir setengah tahun bagi Ganjar untuk menguatkan kembali dukungan setelah jeblok pasca-heboh Piala Dunia U20. “Deklarasi pencapresan pada bulan April sebatas mengungkit kembali dari anjloknya elektabilitas Ganjar,” tandas Andreas.

        Alhasil, Ganjar pun disalip Prabowo yang tengah mengalami tren kenaikan elektabilitas. “Arah pergeseran dukungan Jokowi yang tampak lebih mendukung Prabowo memberi insentif elektoral dengan terus melejitnya elektabilitas Prabowo,” lanjut Andreas.



        Kini pelan-pelan Ganjar mulai berhasil mengembalikan kekuatan dan siap menantang lagi sosok Prabowo. “Prabowo dan Ganjar berkembang sebagai figur dominan dalam kubu keberlanjutan, melawan Anies yang masih menggaungkan isu perubahan,” jelas Andreas.

        Belakangan muncul wacana untuk menggabungkan Prabowo dan Ganjar dalam satu paket pasangan capres-cawapres. “Bergabungnya dua figur yang sama-sama pro-keberlanjutan diprediksi bisa mendorong Pilpres berlangsung hanya satu putaran,” terang Andreas.

        “Pertanyaan selanjutnya, jika Prabowo dan Ganjar bersatu maka siapa yang akan menempati posisi capres dan siapa yang mau mengalah hanya menjadi cawapres,” ujar Andreas. Baik Prabowo maupun Ganjar sama-sama memiliki kekuatan yang harus diperhitungkan.

        Ganjar diusung oleh PDIP yang merupakan partai terbesar dan telah memenangkan dua kali pemilu berturut-turut. Presiden Jokowi sendiri berasal dari PDIP, dan didukung kuat PDIP baik dalam proses elektoral maupun menjalankan pemerintahan selama dua periode.

        Baca Juga: Megawati dan Prabowo Terlihat Mesra Temani Wapres Hadiri Perayaan Hari Nasional Arab Saudi ke-93

        Sedangkan Prabowo yang sebelumnya dua kali menjadi rival dalam Pilpres telah bergabung dalam pemerintahan Jokowi periode kedua. Prabowo diusung oleh Gerindra, partai terbesar kedua dan kini berbalik dari oposisi menjadi pendukung pemerintah.

        Secara peta kekuatan, Ganjar hanya didukung oleh dua partai parlemen yaitu PDIP dan PPP, sisanya partai-partai non-parlemen. Prabowo lebih banyak mengoleksi dukungan, baik dari parlemen (Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat) maupun partai baru dan non-parlemen.

        “Di atas kertas, kekuatan dukungan Prabowo lebih unggul, dari sisi dukungan partai-partai dan elektabilitas yang lebih tinggi,” Andreas menjelaskan. Karena itu agak sulit bagi kubu Prabowo untuk hanya menerima posisi sebagai cawapres Ganjar.

        Baca Juga: GM BKAG Dukung Prabowo di Pilpres 2024: Prabowo, You'll Never Walk Alone

        Sebaliknya, Ganjar yang diusung oleh PDIP, satu-satunya partai yang bisa mengajukan capres-cawapres tanpa harus berkoalisi, tentu juga sulit mengalah supaya bersedia menjadi cawapres bagi Prabowo.

        “Apakah dua kekuatan yang sama-sama berebut dukungan Jokowi itu bersedia menurunkan ego masing-masing dan menegosiasikan posisi capres-cawapres demi tujuan yang lebih besar, yaitu keberlanjutan arah pembangunan, sangat ditunggu oleh publik,” tegas Andreas.

        Di kubu “perubahan”, Anies kini justru lebih dominan didukung oleh dua partai yang notabene berasal dari koalisi pemerintahan Jokowi, yaitu Nasdem dan PKB. Demokrat memutuskan hengkang setelah gagal memperjuangkan tiket cawapres yang direbut Muhaimin Iskandar.

        Demokrat bahkan kemudian beralih mendukung Prabowo yang diusung oleh partai-partai dari kubu pemerintah. PKS yang awalnya tampak enggan mendukung Anies-Cak Imin, baru setelah pendekatan intensif akhirnya mendapat persetujuan dalam forum Majelis Syuro.

        Di luar posisi tiga besar, sejumlah nama bersaing memperebutkan tiket cawapres bagi koalisi yang belum menentukan figur pendamping capres. Di antaranya, Ridwan Kamil (5,3 persen), Puan Maharani (4,4 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (4,1 persen).

        Berikutnya ada Erick Thohir (3,6 persen) dan Sandiaga Uno (3,2 persen). “Sementara AHY sudah mengalah setelah mendukung Prabowo, nama-nama seperti RK, Sandi, dan Erick masih masuk dalam bursa cawapres di kubu Prabowo atau Ganjar,” Andreas memaparkan.

        Lalu ada pula Khofifah Indar Parawansa (1,6 persen), Gibran Rakabuming Raka (1,5 persen), dan Airlangga Hartarto (1,2 persen). “Nama ketiganya pun beredar sebagai figur cawapres, meskipun Gibran masih tersandung syarat usia pencalonan,” kata Andreas.

        Selain itu ada Yenny Wahid dan Mahfud MD yang sama-sama mengantongi elektabilitas 1,0 persen, Andika Perkasa (0,6 persen) dan Cak Imin (0,4 persen). Nama-nama lainnya memiliki elektabilitas sangat kecil, dan sisanya tidak tahu/tidak menjawab sebanyak 5,2 persen.

        Baca Juga: Demokrat Gabung ke Prabowo, AHY Makin Tenggelam di antara Kandidat Cawapres Besar

        Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 11-17 September 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: