Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Megawati: Kalau Kita Menyebut Marhaenisme, Langsung Dikatakan Komunisme

        Megawati: Kalau Kita Menyebut Marhaenisme, Langsung Dikatakan Komunisme Kredit Foto: PDIP
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, menegaskan bahwa prinsip pemikiran marhaenisme tidak terikat pada kerangka pemikiran komunisme.

        Hal itu dia ungkap menyusul banyaknya pihak yang kerapkali mengaitkan kerangka pemikiran marhaenisme dengan komunisme. Megawati menyebut, pihak-pihak tersebut tidak tahu sejarah.

        "Dulu banyak orang selalu mengkorelasikan, kalau menyebut marhaenisme langsung dikatakan kita ini komunisme. Padahal berarti orang itu tidak tahu sejarah dan tidak tahu apa sebenarnya marhaen," kata Megawati dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Jum'at (29/9/2023).

        Baca Juga: Amannya Jokowi Selepas Kaesang Gabung PSI, Pengamat: PDIP Cuma Bisa Ngedumel

        Dia menegaskan, marhaenisme merupakan kerangka falsafah yang digaungkan Presiden Pertama, Soekarno, pada saat menemui seorang petani bernama Marhaen di Bandung. Adapun falsafah itu muncul melalui pertanyaan Soekarno pada Marhaen.

        Dalam dialog itu, Megawati menuturkan Soekarno melempar pertanyaan terkait kegiatan pertanian perorangan kepada Marhaen. Kepemilikan sawah hingga harga jual menjadi dialog Soekarno dengan Marhaen.

        "Ketika beliau (Soekarno) bertemu, 'siapa nama bapak? Marhaen, Pak'. Tentu bahasa Sunda. 'Apakah sawah ini punya bapak? Iya'," tuturnya.

        "Apakah padi ini punya bapak? Iya. Apakah benih ini punya bapak? Iya. Apakah cangkulnya punya bapak? Iya. Apakah ketika panen nanti bapak akan berjual sesuai kebutuhan bapak? Iya. Apakah bapak bisa menghidupi keluarga bapak dengan beras yang telah disediakan? Iya. Lalu beliau (Soekarno) bertanya, apakah dengan kecukupan bapak itu cukup? Iya, tetapi saya tidak bisa memberikan tambahan bagi orang lain," tambahnya.

        Megawati menegaskan, melalui pertanyaan itu falsafah marhaenisme muncul. Dia pun menegaskan, kisah dibalik pemikiran marhaenisme bukan omong kosong belaka lantaran makam marhaen bisa di temukan di daerah Bandung.

        "Ini sebetulnya filosofi dari pada marhaenisme, dan ini yang saya ingin kenalkan bapak presiden, bapak wakil presiden, dan kalau mau tahu supaya jangan ada prasangka, makanya itu ada. Silakan cari di kampung Cipagalo, Bandung. Jadi itu bukannya omong kosong," tandasnya.

        Baca Juga: Bocorkan Topik Rakernas Terbaru PDIP, Ini Kata Ganjar!

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: