Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan tetap kuat pada September 2023. Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) September sebesar 200,2, atau tumbuh sebesar 1,0% (yoy).
"Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh Subkelompok Sandang serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang tumbuh positif," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono di Jakarta, Selasa (10/10/2023). Baca Juga: Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Beberkan Pentingnya Sinergi dan Digitalisasi Kebanksentralan
Meski demikian, bila dilihat secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan mengalami kontraksi sebesar 1,9% (mtm). "Kinerja penjualan eceran pada mayoritas kelompok tercatat menurun, sementara Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi tercatat membaik meski masih terkontraksi," tuturnya.
Adapun pada Agustus 2023, IPR tercatat sebesar 204,1 atau secara tahunan tumbuh sebesar 1,1% (yoy). Perkembangan ini didukung oleh Subkelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang tercatat meningkat, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tetap tumbuh positif.
"Secara bulanan, penjualan eceran tumbuh positif sebesar 0,4% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 8,8%," imbuhnya.
Peningkatan tersebut terutama berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesori dan Subkelompok Sandang sejalan dengan masih terjaganya permintaan domestik saat event Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, didukung kelancaran distribusi dan kondisi cuaca. Baca Juga: Genjot Pembiayaan Perumahan, BI Minta Perbankan Sasar Gen Z dan Milenial
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada November 2023 diprakirakan meningkat, namun diprakirakan akan menurun pada Februari 2024. Hal ini diindikasikan oleh Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2023 sebesar 119,9, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 118,7.
"Sementara IEH Februari 2024 tercatat sebesar 129,7, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 134,0," cetus Erwin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman