Ambisi I Dewa Ayu Raka Dewi Mengejar Kompetensi Profesi Guru untuk Pastikan Kualitas Murid di SMPN 1 Kintamani
Kintamani adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bangli, Bali, yang berlatar Gunung dan Danau Batur. Udaranya sangat sejuk, namun kadang dingin dan diselimuti kabut tebal.
Untuk I Dewa Ayu Raka Dewi, kabut di Kintamani jelas bukan penghalang bagi dirinya sebagai Kepala Sekolah SMPN 1 Kintamani untuk terus meningkatkan keterampilan dalam pengajaran, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga guru-guru lainnya di SMPN 1 Kintamani.
Sepanjang sepak terjangnya selama 21 tahun di dunia pendidikan, Dewi, panggilan akrabnya, memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan kompetensi profesi guru-guru yang ia pimpin, sekaligus untuk mengatasi tantangan pendidikan yang mereka hadapi.
Baca Juga: Buka Festival Pelatihan Vokasi Tahun 2023, Wapres Dorong Akselerasi Revitalisasi Pendidikan Vokasi
Selama dua tahun menjabat sebagai kepala sekolah SMPN 1 Kintamani, Dewi sangat rajin mengikuti berbagai pelatihan untuk guru, terutama semua modul yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, maupun pada tingkat provinsi.
Ia paham bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuhnya, seperti kepala sekolah dan guru di sekolah lain, agar tidak hanya meningkatkan produktivitas kerja, tetapi juga untuk memaksimalkan pembelajaran di sekolah sehingga kompetensi sekolah di mana ia berada saat ini juga mengalami peningkatan.
Dengan konsistensi meningkatkan kompetensi profesi untuk dirinya dan rekan-rekan guru di sekolahnya, Dewi juga memperhatikan kondisi belajar mengajar di kelas. Ia melihat metoda pengajaran yang masih konservatif dan kurang menggugah semangat murid-muridnya untuk belajar.
Beruntunglah, dengan keaktifannya di komunitas keguruan dan berbagai penugasan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, ia dapat mengenal banyak fasilitator pelatihan pendidikan. Hal ini mempermudah Dewi untuk mengidentifikasi pelatihan yang benar-benar efektif.
Baginya, pelatihan yang baik tidak hanya berupa pemaparan teori, tetapi dapat langsung memfasilitasi pesertanya untuk berlatih mengimplementasikan materi.
Hingga pada akhirnya Dewi mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi sebagai sekolah pelaksana Program Organisasi Penggerak (POP), pelatihan yang diperuntukkan bagi guru dan manajemen sekolah yang dijalankan oleh School Development Outreach yang berada di bawah Putera Sampoerna Foundation.
Program yang dijalankan secara mandiri oleh PSF-SDO ini merupakan bentuk dukungan PSF terhadap inisiatif Kemendikbud Ristek RI untuk percepatan pemerataan kualitas pendidikan Indonesia.
Selama periode Oktober 2021 sampai Agustus 2023, PSF menjalankan POP dengan menerapkan materi-materi yang dapat membantu meningkatkan kualitas pemahaman literasi, numerasi, dan penguatan karakter melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Sebagai institusi bisnis sosial yang telah berkomitmen untuk membantu meningkatkan pendidikan Indonesia selama lebih dari 20 tahun, PSF-SDO telah menjalankan berbagai program pendidikan yang sukses dan berkelanjutan.
Maka dari itu, dalam pelaksanaan POP, materi PSF-SDO berfokus pada penguatan literasi, numerasi dan pembelajaran berbasis proyek yang disesuaikan dengan rancangan Kemendikbud Ristek.
Dalam prosesnya, PSF juga secara mandiri telah melakukan berbagai pengembangan materi berupa modul-modul yang dimodifikasi sesuai dengan latar belakang sekolah, peserta didik, dan karakteristik daerah.
Keseluruhan materi yang disampaikan juga akan membantu setiap sekolah untuk lebih memahami kompetensi yang harus ditingkatkan oleh sekolah, guru, dan murid sesuai sistem pendidikan Indonesia.
Sekolah pimpinan Dewi, SMPN 1 Kintamani terpilih sebagai salah satu dari lima sekolah pelaksana POP yang mendapatkan pendampingan penuh dari PSF-SDO. Selain mendapat pemaparan teori dan praktik terkait metode belajar mengajar seperti ice breaking, GO, diagram tulang ikan, mindmapping dan alur P5, tiap-tiap sekolah pelaksana diberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang memudahkan pencarian solusi dalam bentuk program sekolah yang berpihak pada sekolah dan guru.
Berjalan paralel dengan pelatihan POP, Dewi bersama para guru lainnya di SMPN 1 Kintamani langsung mengimplementasikan ilmu yang sudah mereka miliki, salah satunya dengan membuat program-program interaktif untuk para murid dengan akronim yang mudah diingat, seperti Disel (Digitalisasi Sekolah), Laser (Kelas Berkarakter) yang bertujuan merangsang proses pembentukan karakter siswa, Canangsari (Membaca Senang Setiap Hari) guna meningkatkan literasi, Sireli (Siswa Religius) untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan siswa, Medali Kinone (Melestarikan Budaya Bali ala Kintamani 1) yang diangkat sebagai tema alur P5 bidang kearifan lokal, Kimberli Melali (Kinone Bersih Kembali melalui melestarikan lingkungan) dan Rukol Kinone (Ruang Kolaborasi Kinone) yang menstimulasi interaksi langsung para siswa dan guru di satu forum bersama narasumber.
Salah satu materi yang PSF-SDO terapkan di SMPN 1 Kintamani adalah kerangka FIDS (Find, Imagine, Do, Share), yang mengarahkan siswa untuk memahami situasi dengan penuh empati, membayangkan solusi dan menerapkan solusi tersebut ke dalam tindakan.
Dalam kerangka FIDS, para guru memancing kemampuan analisis dan berpikir kritis para siswa baik dalam pembelajaran di kelas maupun projek. Melalui FIDS ini pula, Dewi jadi lebih mudah mengidentifikasi dampak pendampingan oleh PSF-SDO pada para guru, sehingga ke depannya dapat memberikan diseminasi kepada guru-guru lainnya.
Setelah berjalan dua tahun, implementasi materi dari program memperlihatkan hasil nyata karena hasil rapor pendidikan SMPN 1 Kintamani mengalami peningkatan dan meraih predikat “Baik”, terutama pada kemampuan literasi dimana 80% siswa sudah mencapai kompetensi minimum dan naik 33,33% dari tahun sebelumnya. Hasilnya, peningkatan kemampuan literasi mendongkrak rapor pendidikan SMPN 1 Kintamani yang menduduki peringkat atas se-Bangli, dan peringkat menengah atas secara nasional.
Saat ini, 46,67% siswa SMPN 1 Kintamani sudah mencapai kompetensi minimum dalam kemampuan numerasi dan mengalami peningkatan 40,02% dari tahun sebelumnya sehingga dari segi numerasi menempati peringkat menengah se-Bangli, dan peringkat menengah atas secara nasional.
Pencapaian signifikan dalam rapor pendidikan ini juga sejalan dengan peningkatan kompetensi para guru SMPN 1 Kintamani yang setelah mengikuti POP jadi lebih mudah menggugah semangat belajar para siswa dan menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Sebagai kepala sekolah, Dewi rajin melakukan refleksi bersama para guru untuk mengetahui lebih dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Secara kualitas interaksi, seluruh guru mengakui bahwa para murid menjadi lebih aktif karena dilibatkan dalam proses setiap program.
Dari hasil penerapan kerangka FIDS, para guru yang sudah mendapatkan pendampingan terbukti mampu meningkatkan semangat para siswa untuk terlibat aktif selama pembelajaran di kelas.
“Guru dan tim manajemen SMPN 1 Kintamani sangat terbantu oleh pendampingan POP oleh PSF, karena banyak hal yang tadinya belum kami ketahui menjadi tahu, dan pada akhirnya kami terapkan di sekolah ini. Penyampaian materi pelatihan oleh PSF juga sangat interaktif dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik, sehingga saya dan guru-guru yang ikut pelatihan jadi lebih mudah menyampaikan materi di kelas dan menantikan kehadiran fasilitator PSF. Penerapan materi serta penerapan program-program sekolah juga sangat membantu kami dalam pembelajaran di kelas, sehingga para siswa SMPN 1 Kintamani jadi lebih antusias ke sekolah, aktif terlibat di kelas, makin berkarakter, dan mampu berpikir kritis, ” papar Dewi.
Selain membawa perubahan positif di sekolah, SMPN 1 Kintamani juga sudah melakukan diseminasi se-kabupaten Bangli dengan menyasar guru-guru di 28 SMP termasuk sekolah-sekolah satu atap (Satap) yang dilaksanakan secara tatap muka.
SMPN 1 Kintamani juga sudah melakukan diseminasi daring yang diikuti oleh guru-guru SD se-Kabupaten Bangli dengan empat guru perwakilan. Tak hanya itu, SMPN 1 Kintamani juga sudah mampu melaksanakan pameran P5 sebanyak dua kali.
Pada pameran P5 pertama di sekolah, beberapa tokoh pendidikan seperti Kepala Dinas Pendidikan Bangli, pengawas, pembina, serta rekan-rekan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum se-Kintamani turut hadir. Sementara P5 yang telah terlaksana di Pesta Pelajar Program Organisasi Penggerak mengundang khalayak yang lebih luas agar bisa mengetahui proses Kurikulum Merdeka.
Pengalaman Dewi dalam POP mewujudkan komitmen PSF untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui dukungan terhadap inisiatif Kemendikbud Ristek. Pengalaman dan rekam jejak PSF selama lebih dari dua dekade mengukuhkan PSF sebagai mitra yang terpercaya bagi berbagai pihak dalam setiap program kerja sama.
Untuk ke depannya, PSF melalui SDO selalu menyambut baik inisiatif pihak yang sama-sama memiliki kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia dalam berbagai program kolaborasi yang bertujuan memperluas pemerataan akses pendidikan.
Baca Juga: Tingginya Kasus Bullying, KemenkoPMK: Gotong Royong Wujudkan Satuan Pendidikan Tanpa Kekerasan
Juliana, Head of Program & Development, Putera Sampoerna Foundation – School Development Outreach, mengungkapkan, “Pelaksanaan POP secara mandiri merupakan komitmen PSF untuk mendukung akselerasi pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan pengalaman dan keahlian personel yang ada, kami berusaha mengembangkan materi POP sesuai acuan dari Kemendikbud Ristek, agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi semua ekosistem sekolah yang menjadi bagian dari kegiatan ini."
"Selama hampir dua tahun, penerapan POP secara mandiri oleh PSF telah diimplementasikan kepada para murid melalui pembelajaran literasi dan numerasi berbasis proyek dan pelatihan pengajaran bagi manajerial sekolah. Kami berharap program ini bisa menelurkan generasi muda yang cakap akan literasi, numerasi, serta berkarakter melalui proses pembelajaran yang menyenangkan,” lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat