Anies Baswedan: Sebelum Saya Jadi Gubernur, Jakarta Konsisten Absen di Forum Internasional
Calon Presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan membagikan pengalaman kebijakan internasional selama ia menjadi Gubernur DKI Jakarta di acara “Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Stategis Politik Luar Negeri” pada Rabu (8/11/23) yang diselenggarakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
Anies mengungkapkan sebelum ia menjabat, Jakarta yang punya reputasi kota besar ternyata minim terlibat dalam agenda global/internasional. Menurutnya Jakarta sangat konsisten absen dalam perhelatan kota-kota besar di dunia.
“Di begitu banyak forum kota dunia, Jakarta sangat konsisten absen,” ungkap Anies.
Menurut Anies forum seperti C40 dan World City Summit sangat jarang diikuti oleh Jakarta sebelum ia menjabat.
Karenanya, ketika ia memimpin di 2017 dan Jakarta aktif terlibat dalam forum internasional, kota-kota lain sangat mengapresiasi.
“Jadi setelah 2017 kami hadir, kami disambutnya seperti ‘akhirnya Jakarta datang lagi ke club ini’, karena sebelumnya Jakarta tidak pernah jadi bagian, ada C40, world city summit, dll. Jakarta tidak pernah jadi bagian, we are big and we nowhere.
Anies pun mengatakan saat menjabat ia menyampaikan ke jajarannya bahwa Jakarta sebelum ini layaknya masyarakat yang punya rumah mewah di kampung, selalu membayar iuran, tetapi tak pernah ikut terlibat dalam kegiatan warga.
“Saya sampaikan ke jajaran ini seperti warga kampung rumahnya No. 4 terbesar selalu bayar iuran kampung tapi kalau rapat tidak pernah datang, tertib dan rapih, tidak mengganggu, cuma tak pernah ikut rapat kampung,” ungkapnya.
Untuk skala nasional, Anies mendorong Indonesia yang punya sejarah panjang dan reputasi internasional di masa lalu harus aktif kembali lewat pimpinannya.
Anies menegaskan Indonesia tidak boleh lagi jadi sekadar penonton tetapi harus terlibat dalam isu-isu strategis di dunia, dan tidak hanya terlibat pada sektor-sektor yang sifatnya transaksional.
“Kepemimpinan selalu bicara tentang berpartisipasi di dunia, tidak absen, tidak menjadi penonton dan tidak menandang dunia sebagai tempat transaksi, tapi kita sebagai anggota dari kemasyarakatan yang harus terlibat. Paradigma ini yang ingin kami kembalikan di dalam perjalanan ke depan republik ini,” ungkapnya.
“Nggak boleh lagi Indonesia jadi penonton, Indonesia harus aktif, dan Indonesia harus dikenali bukan saja jadi Negara besar tapi jadi negara yang dijadikan referensi,” tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri mengungkapkan pihaknya merasa perlu mengangkat isu kebijakan luar negeri ke masyarakat mengingat momen Pilpres sebentar lagi akan berlangsung.
Baca Juga: Anies Baswedan: Indonesia saat Ini Penuh dengan Ketidakadilan
“Kami merasa perlu mengangkat arah kebijakan isu internasional ke masyarakat terutama mengingat tahun depan akan terjadi peralihan kepemimpinan yang mungkin akan menentukan arah selanjutnya dari kebijakan luar negeri Indonesia,” ujar Yose dalam sambutannya di hari sebelumnya, Selasa (7/11/23) saat Ganjar Pranowo menjadi pembicara.
“Acara ini saya pikir jadi acara pertama yang membahas isu kebijakan luar negeri,mudah-mudahan ini bisa berkontribusi kepada pemahaman lebih baik di mana masyarakat mendapat informasi yang fokus dan mendalam mengenai kebijakan luar negeri ke depannya,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto