PT Pertamina International Shipping (PIS) beberkan strategi dalam sebagai upaya mendorong pelayaran ramah lingkungan untuk ekonomi biru (blue economy).
Direktur Utama PIS Yoki Firnandi mengatakan, sampai dengan tahun 2022 perseroan berhasil mengurangi emisi hampir menyentuh dua digit.
“Kami sudah bisa mengurangi 9 persen emisi yang kami hasilkan di 2022, sebesar 1,9 megaton CO2eq,” ujar Yoki dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (4/12/2023).
Yoki menjelaskan empat strategi dalam mengurangi emisi, Pertama, desain kapal ramah lingkungan. Saat ini PIS memiliki 19 kapal ramah lingkungan dan tiga kapal yang memenuhi standar emisi International Maritime Organization (IMO) tier tiga.
Baca Juga: PIS Gandeng Perusahaan Turki Kembangkan Infrastruktur Energi Bersih RI
Strategi kedua adalah peremajaan armada sesuai ketentuan The International Convention for the Prevention of Pollution from Ships (MARPOL) dan Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2014 tentang Penghentian Operasi Kapal Lambung.
Ketiga, pengurangan bahan bakar melalui pembersihan lambung (menghasilkan efisiensi 4 persen), pengoptimalan kecepatan operasi kapal (efisiensi 22 persen), serta penyertaan alat penyimpan energi (efisiensi 2 persen).
Keempat, intensitas emisi yang lebih rendah. Salah satunya pada kapal very large gas carrier (VLGC) Pertamina Gas Amarylis.
"PIS akan menggunakan campuran nabati pada bahan bakarnya. Kami akan memakai 60 persen dari bensin dan sisanya dari biofuel,” ujarnya.
Tak hanya itu, PIS juga akan mengembangkan amonia dan hidrogen, dimana ia menilai pentingnya pengembangan teknologi untuk mewujudkan semua inovasi ini.
Lanjutnya, PIS memiliki tiga tahapan pengurangan emisi, pertama tahap jangka pendek tahun 2022─2025 yang strateginya adalah pembatasan kecepatan operasi kapal.
Lalu, strategi jangka menengah tahun 2026─2030 dengan penggantian bahan bakar dan pengoperasian kapal ramah lingkungan.
Terakhir, strategi jangka panjang pada 2030─2060. PIS menargetkan pengurangan emisi sebesar 20 ribu tCO2eq dengan menggunakan sumber energi lainnya, seperti hidrogen dan amonia hijau.
"Kami menyadari bahwa tren ke depan harus ada pengurangan emisi dari sektor pelayaran dan kelautan, sehingga kami sudah memiliki peta jalan menuju NZE 2060,” ungkapnya.
Baca Juga: PIS dapat Dukungan Pembiayaan Dari Dua Lembaga Pembiayaan
Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, sektor maritim memiliki peran utama dalam pengembangan ekonomi biru.
“Kami sudah mengembangkan rencana aksi ekonomi biru dan indeks ekonomi biru untuk memantau perkembangannya,” ujar Vivi.
Vivi meneyebut, Bappenas juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong pengembangan ekonomi biru di berbagai daerah, salah satunya dengan Pertamina Group.
Pemerintah juga bekerja sama dengan dunia internasional untuk mengembangkan ekonomi biru. Head of Ocean Action Agenda World Economic Forum Alfredo Giron Nava mengatakan, pihaknya telah bersepakat dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk melaksanakan agenda Kemitraan Aksi Karbon Biru Nasional atau National Blue Carbon Action Partnership (NBCAP)
Kemitraan ini diharapkan dapat membantu pemulihan ekosistem karbon biru di Indonesia. Terlebih, ekosistem laut dan pesisir Indonesia memiliki sumber daya yang kaya, yang dapat memberikan efek nyata bagi kelestarian lingkungan dunia.
"Siinergi antara pemerintah dan forum internasional ini juga perlu didukung oleh sektor swasta dan masyarakat pesisir," ujar Nava.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: