Anies Baswedan tak mempermasalahkan apabila masyarakat punya preferensi pilihan presiden yang “menggemaskan” meski minim gagasan.
Hal ini Anies sampaikan di acara ‘Desak Anies’ yang berlangsung di Banjarmasin, dilihat live dari kanal Youtube pribadinya, Selasa (5/12/23).
Anies menegaskan rakyat Indonesia punya hak untuk dipilih serta berhak punya alasan apa pun dalam memilih pemimpin.
“Boleh nggak (pemimpin menggemaskan)? Bebas. Anda mau pilih karena dia keriting dan warna kulit juga boleh. Siapa pun berhak untuk dipilih tidak ada larangan, di sisi lain siapa pun berhak punya alasan apa pun untuk memilih. Jadi republik ini tidak ada larangan untuk mencalonkan dan tak ada larangan dalam memilih alasan,” jelasnya.
Baca Juga: Anies Baswedan: Indonesia saat Ini Penuh dengan Ketidakadilan
Meski demikian, Anies juga menganjurkan agar masyarakat memilih pemimpin dengan beberapa indikator.
Menurutnya pemimpin harus dilihat dari rekam jejaknya selama ini dalam mengemban jabatan publik. Ia pun mengingatkan agar masyarakat mengecek apakah pemimpin tersebut dadakan atau memang punya rekam jejak berjuang demi kepentingan masyarakat sejak dulu.
“Saya menganjurkan memilih berdasarkan satu rekam jejaknya, dia pernah memimpin tidak? kalau dia tidak pernah apa yang bisa kita harapkan ketika besok dapat tugas. Kedua, dia memimpin dadakan atau sejak kecil? Apa yang sudah dia kerjakan sejak kecil, apa yang dia lakukan ketika muda, sejak muda dia memikirkan orang banyak atau diri sendiri?," jelasnya.
Ketiga lanjut Anies masyarakat perlu mengecek rekam gagasannya. Menurut Anies, apabila calon pemimpin bersenyawa dengan gagasannya maka ditanya apa pun instingnya mencerminkan ideologi dan gagasannya.
“Tapi apabila tidak, dia harus membaca teks untuk jawab pertanyaan orang lain karena tidak bersenyawa dengan rekam gagasannya selama ini,” tambahnya.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan prediktor terbaik terkait masa depan yang akan dilakukan pemimpin adalah melihat hal-hal yang disebutkan tadi.
Hal tadi menurut Anies merupakan bukti nyata bahwa calon pemimpin telah melakukan sesuatu di masa lalunya, bukan sekadar janji manis belaka.
“Dari situ Anda prediksi, prediktor terbaik masa depan adalah masa lalunya, kalau bertanya jangan tanya besok mau apa, dia bisa kasih jawaban yang menyenangkan dan buat Anda tepuk tangan, tapi tanya dulu sudah berbuat apa, ‘memang dulu Anda memikirkan Indonesia?’, masa lalu tidak bisa dimungkiri, masa depan bisa dibuat jawaban enak didengar kuping,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: