Tahun 2024 Dinilai Jadi Tahun yang Penting Bagi Ekonomi Digital Indonesia
Tahun 2024 dinilai akan menjadi tahun yang penting bagi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Hal itu didukung oleh perubahan signifikan kebiasaan masyarakat untuk beralih ke serba digital.
Co-Founder and CEO Populix, Timothy Astandu, menyampaikan bahwa fenomena tersebut mendorong Populix untuk melakukan survei yang dapat memberi gambaran tentang ekonomi digital Indonesia di tahun mendatang. Menurutnya, penetrasi internet yang makin meluas memunculkan banyak peluang bisnis di tahun 2024.
"Peluang bisnis akan banyak sekali di tahun 2024. Salah satu tren yang kami notice adalah social commerce, itu akan menjadi tren masa depan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara-negara tetangga," ungkapnya dalam Populix Outlook Report: Indonesia Digital Economy in 2024 di Jakarta, 7 Desember 2023.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag RI, Kasan, mengamini bahwa ekonomi digital akan terus tumbuh. Ia menyebut, nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2021 mencapai US$70 miliar dan diperkirakan pada tahun 2025 mencapai US$146 miliar, meningkat hampir dua kali lipat dalam dua tahun mendatang.
Baca Juga: Studi Terbaru Populix: Akulaku, Aplikasi Paling Diminati di Indonesia
"Peran ekonomi digital bagi Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh menjadi sekitar 23,6% dari PDB nasional di tahun 2030," tegas Kasan.
Dalam paparannya, Kasan menyebut bahwa pemerintah telah menetapkan Visi Ekonomi Digital Indonesia Tahun 2030, yakni menjadi negara keempat dengan ekonomi digital terbesar di Asia. Ia menilai, generasi muda sangat berperan dalam mencapai visi tersebut.
"Sejalan dengan laporan ekonomi digital Populix, arah bisnis dan ekonomi digital Indonesia tidak bisa mengabaikan peran generasi mudah," tambahnya.
Head of Research Populix, Indah Tanip, menyampaikan bahwa fenomena perubahan kebiasaan masyarakat yang makin mengarah ke digital menjadi sinyal bahwa Indonesia berada di persimpangan jalan menuju komunitas digital dunia. Bicara online population, tegas Indah, milenial dan Gen Z menjadi yang sangat berperan di dalamnya.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 1.000 respondens, ada perbedaan point of view antara milenial dan Gen Z dalam kebiasaan berbelanja.
"Gen Z melihat mereka berbelanja karena FOMO dan takut ketinggalan tren sehingga lebih impulsif," ungkap Indah.
Sementara itu, milenial terlihat lebih stabil tidak hanya dari sisi pemasukan, tetapi juga pengeluaran. Aktivitas berbelanja sudah dipetakan oleh milenial dan mereka bisa memastikan ada dana yang bisa digunakan untuk menabung.
Kemudian, Populix mencatat bahwa 54% dari responden lebih memilih berbelanja di e-commerce, 42% senang berbelanja secara langsung di toko, dan ada 3% responden yang lebih memilih berbelanja di social commerce.
"Berbelanja di social commerce ini lebih banyak dilakukan oleh Gen Z," lanjut Indah.
Indah menambahkan, teknologi menjadi katalisator dalam pertumbuhan ekonomi digital Indoensia, termasuk dalam hal finansial. Tahun 2024 mendatang diperkirakan masyarakat akan makin sering menggunakan digital payment atau e-wallet untuk segala transaksi keuangan.
"Produk digital menjadi yang paling dibutuhkan tahun 2024 dengan rasio hampir 70%. Kartu debit dan kredit akan makin jarang digunakan oleh digital community," tegasnya lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: