Calon Presiden (Capres) nomor urut 1, Anies Baswedan mengaku konsisten memantau kadar polusi udara di DKI Jakarta semasa menjabat sebagai gubernur periode 2017-2022.
Adapun hal itu dia ungkap menyusul pertanyaan Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam gelaran debat kandidat di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, pada Selasa (12/12/2023).
Baca Juga: Anies ke Prabowo: Pak Prabowo Tidak Tahan Jadi Oposisi
Dalam pertanyaan, Prabowo mempertanyakan anggaran sebesar Rp80 triliun yang digelontorkan pemerintah pusat untuk Pemprov DKI Jakarta seolah-olah tidak berarti untuk melayani masyarakat.
"Di Jakarta, kami memasang alat pemantau polusi udara, bila masalah polusi udara itu bersumber dari dalam kota Jakarta, maka hari ini, besok, Minggu depan konsisten selalu akan kotor," kata Anies saat menjawab pertanyaan Prabowo dalam debat kandidat capres di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Akan tetapi, Anies menyebut ada pabrik bertenaga uap yang polutannya terbawa angin hingga mencemari kualitas udara di Jakarta. Hal itu yang dia sebut menambah masalah polusi di Jakarta.
"Polusi udara tak punya KTP, angin tak ada TKP-nya. Angin itu bergerak dari sana-sini. Ketika polutan muncul dari pembangkit listrik tenaga uap mengalir ke Jakarta maka Jakarta punya indikator, karena itu Jakarta mengatakan mengatakan ada polusi udara," jelasnya.
Guna menekan pencemaran udara di Jakarta, Anies mengaku telah menjalankan tiga pendekatan. Pertama mengendalikan kendaraan bermotor dan uji emisi; kedua eletrifikasi kendaraan umum; ketiga konversi kendaraan umum.
"Dulu yang naik kendaraan umum hanya 350 ribu perhari, sekarang 1 juta perhari. Jadi itu kita kerjakan untuk menangani soal polusi di Jakarta," tegasnya.
Tak puas dengan jawaban tersebut, Prabowo Subianto menilai rumit jika persoalan polusi menyalahkan arah angin. Dia pun kembali mempertanyakan alokasi dana Pemprov DKI Jakarta dalam menyelesaikan polusi lantaran dinilai mengancam kesehatan masyarakat.
"Saya bertanya dengan anggaran segitu besar, langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk dengan real dalam lima tahun mengurangi polusi juga di mana rakyat Jakarta begitu banyak mengalami sakit pernapasan. Jadi saya kira kalau kita dengan gampang menyalahkan angin, hujan, dan sebagainya, ya mungkin tidak perlu ada pemerintahan kalau begitu," tanya Prabowo.
Anies pun menilai Prabowo Subianto tidak menggunakan data pada saat melempar pertanyaan padanya. Pasalnya, angka polusi di Jakarta dinilai meningkatkan dari biasanya.
"Inilah bedanya yang berbicara pakai data, yang berbicara pakai fiksi. Ketika ditunjukan ya memang ada sumber polutan dalam kota, tapi kalau sumber polutan itu hanya dari dalam kota, maka pak pakai logika sederhana sekali jumlah motor dari hari ke hari sama, jumlah mobil dari hari ke hari sama. Maka harusnya angka polusinya sana setiap waktu," jelasnya.
Lebih jauh, Anies mengaku memakai data saintifik dalam memutuskan langkah kebijakan di DKI Jakarta. Dia pun mengaku akan mengendalikan polusi udara secara nasional, bukan hanya di wilayah Jakarta.
Baca Juga: Prabowo soal Putusan MK Gibran Jadi Cawapres: 'Kita ini Bukan Anak Kecil Mas Anies'
"Kita mengambil langkah itu pakai ilmu pengetahuan, pakai data, dan menggunakan saintis yang terlibat. Kalau tidak pakai itu, maka nggak akan ada langkah yang benar. Dan ini kemudian saya teruskan, pak. Bagaimana pengendalian itu dikerjakan untuk dalam Jakarta. Jika saya terpilih presiden, (sumber polusi) maka yang di luar Jakarta, saya kendalikan juga," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: