Survei Indometer menemukan pemegang klasemen partai tanah air dalam hal elektabilitas adalah Partai Gerinidra. Partai tersebut naik tipis menjadi 18,5 persen, sedangkan PDIP melorot menjadi 16,6 persen.
Tidak cukup dikalahkan oleh Gerindra, ancaman baru juga membayangi PDIP. Golkar yang selama ini berada pada peringkat ketiga pelan-pelan mulai naik elektabilitasnya dan kini menembus 10,8 persen.
Baca Juga: Pamor Ganjar-Mahfud Terjun Payung, PDIP Ngaku Banyak Teror
“Gerindra tetap unggul dan makin jauh meninggalkan PDIP yang juga dibayang-bayangi oleh naiknya elektabilitas Golkar,” ungkap Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB dalam keterangan tertulis kepada pers di Jakarta, pada Sabtu (16/12).
Menurut Leonard, melejitnya elektabilitas Gerindra tidak lepas dari coattail effect yang dinikmati dari menguatnya Prabowo dalam kontestasi Pilpres. “Partai utama pengusung Prabowo-Gibran itu paling berhasil mendapatkan berkah elektoral dan menguat signifikan,” tandas Leonard.
Selama ini Gerindra selalu menjadi runner up dengan jarak elektabilitas yang terpaut jauh dari PDIP. “Tarik-menarik antara PDIP dan Gerindra soal kemungkinan bersatu dalam Pilpres menghasilkan perpecahan, masing-masing lalu mengusung capres sendiri,” lanjut Leonard.
Kubu Gerindra berada pada posisi yang lebih menguntungkan, di mana Presiden Jokowi tampak memberikan dukungan. “Membelotnya Ganjar Pranowo yang semula di-endorse Jokowi memicu perubahan arah dukungan kepada Prabowo yang diusung oleh Gerindra,” jelas Leonard.
Baca Juga: Survei NEW INDONESIA: PDIP dan Gerindra Terus Balapan di Pemilu 2024
Sebagai catatan, Ganjar awalnya tidak didukung oleh kalangan elite PDIP, bahkan nyaris terjadi pengkubuan di internal partai berlambang kepada banteng tersebut. Ganjar justru lebih banyak disokong oleh Jokowi yang saat itu masih mencari siapa figur penggantinya yang paling tepat.
Jokowi menginginkan kepemimpinan nasional berikutnya hasil Pemilu 2024 bisa menjamin keberlanjutan program yang sudah diletakkan pondasinya selama dua periode berjalan. “Ganjar ternyata lebih memilih menjadi petugas partai alih-alih loyalis Jokowi,” terang Leonard.
Sebaliknya dengan Prabowo yang memposisikan diri sebagai capres paling tegas mendukung keberlanjutan. Mantan rival Jokowi dalam dua kali pemilu itu kemudian bergabung dalam pemerintahan dan justru menjadi pendukung kuat Jokowi.
Baca Juga: Diminta Jokowi, Pupuk Indonesia Siap Penuhi Alokasi Tambahan Pupuk Bersubsidi
Sementara Gerindra terus mengungguli PDIP, partai lain pengusung Prabowo-Gibran seperti Golkar juga mulai menikmati kenaikan elektabilitas. “Jika PDIP tidak berhati-hati, bukan hanya dikalahkan Gerindra tetapi juga bersaing dengan Golkar di tiga besar,” Leonard mengingatkan.
Pada urutan berikutnya ada PKB (7,5 persen), Demokrat (6,8 persen), PSI (6,5 persen), dan PKS (4,1 persen). Di bawah ambang batas parlemen ada PAN (3,2 persen), Nasdem (2,5 persen), PPP (2,0 persen), Perindo (1,5 persen), dan Gelora (1,4 persen).
“Kenaikan juga dialami oleh PAN yang masuk Koalisi Indonesia Maju (KIM), sedangkan PPP di kubu Ganjar-Mahfud menurun elektabilitasnya,” papar Leonard. Berikutnya di papan bawah ada PBB (0,8 persen), Ummat (0,5 persen), dan Hanura (0,4 persen).
Selanjutnya Garuda (0,2 persen), PKN (0,1 persen), dan Buruh (0,0 persen), dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 16,6 persen. “Tersisa waktu dua bulan menuju pencoblosan bagi partai-partai untuk menjalankan strategi kampanye,” pungkas Leonard.
Baca Juga: Demi Ganjar-Mahfud, PDIP Siap Kantongi Suara Wilayah IKN
Survei Indometer dilakukan pada 1-7 Desember 2023 terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia, yang dipilih secara acak bertingkat survei (multistage random sampling). Margin of error survei sebesar ±2,98 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar