Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik 5,04% YoY pada 4Q23, sejalan dengan estimasi konsensus 5% dalam survei Bloomberg dan lebih tinggi dari pertumbuhan 4,94% yang tercatat pada 3Q23. Ini membawa pertumbuhan PDB tahun penuh menjadi 5,05%, sejalan dengan estimasi konsensus 5,03%, namun jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3% untuk 2023. Lalu apa yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi RI jauh di bawah target?
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menuturkan, secara komponen, semua item dalam PDB memenuhi ekspektasi sebesar 100% dari proyeksi full-year Sinarmas Sekuritas, kecuali ekspor-impor yang melebihi estimasi sebesar 2% dari proyeksi full-year.
"Pertumbuhan PDB didorong oleh ekspor dan investasi, sedangkan konsumsi tetap lesu karena kampanye beralih ke media sosial. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah dari PDB hanya naik 4,5% pada 4Q23, laju terendah dalam hampir dua tahun dengan masyarakat kelas menengah atas mengalihkan pengeluaran dari dari sektor konsumtif ke produktif," ujarnya di Jakarta, Selasa (6/2/2024). Baca Juga: Kalahkan Negara G-20, Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tembus 5,05% Sepanjang 2023
Lebih lanjut katanya, investasi yang merupakan kontributor terbesar kedua terhadap pertumbuhan PDB, naik 5,02% pada 4Q23, namun sedikit lebih rendah dari pertumbuhan 5,8% pada 3Q23.
"Sementara itu, ekspor berhasil mencatat ekspansi sebesar 1,6% pada 4Q23, setelah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Selain itu, belanja pemerintah naik 2,8%, membalikkan kontraksi pada 3Q23," ungkapnya.
Menurutnya, pertumbuhan PDB di tahun 2023 sudah melambat jauh dari 5,3% pada 2022 karena pertumbuhan ekspor yang lebih lemah, hanya naik 1,3% tahun lalu, turun tajam dari 16,2% pada 2022. Sementara, konsumsi rumah tangga naik 4,8% tahun lalu dibandingkan dengan 4,94% pada 2022.
"Harga komoditas turun tahun lalu setelah melonjak pada 2022, menyebabkan komoditas ekspor utama, seperti batubara, kelapa sawit, dan nikel, memiliki nilai yang lebih rendah," imbuhnya.
Melihat hal tersebut, Sinarmas Sekuritas memperkirakan konsumsi rumah tangga akan terus melambat, bersama dengan ekspektasi pendapatan ekspor yang lebih rendah tahun ini. "Sehingga kami merevisi perkiraan pertumbuhan PDB kami menjadi 4,9% untuk 2024F (sebelumnya 5%),” kata Ishfan.
Menurut Ishfan pendorong utama laju pertumbuhan ekonomi 2024 akan datang dari investasi yang kami perkirakan akan tumbuh mendekati 6%, juga ada sedikit harapan membaiknya konsumsi rumah tangga mendekati 5%. Ini akan menjadi faktor penyeimbang di tengah perkiraan melemahnya faktor eksternal yang ditandai menipisnya surplus neraca perdagangan.
"Laju pertumbuhan PDB 2024 akan lebih rendah dari pencapaian sepanjang tahun 2023, dimana ekonomi Indonesia tumbuh 5,05%," ucapnya.
Untuk 2024F, dia memperkirakan kontribusi saldo eksternal negatif terhadap PDB, karena prospek neraca perdagangan tampak lebih suram tahun ini. Ekonomi global yang lemah juga dapat membuat pengiriman ekspor tetap lesu. Baca Juga: Berkah Pemilu, Ekonomi RI Moncer di Triwulan IV 2023
Selain itu resiko terhadap ekonomi tetap ada karena inflasi pangan meningkat pada Januari sementara rupiah yang volatil mungkin membuat Bank Indonesia berhati-hati untuk melakukan pemotongan suku bunga di 1H24, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga lebih tinggi pada 2H24.
"Secara overall kami perkirakan pertumbuhan PDB sebesar 4.9% di tahun 2024F, ditopang pertumbuhan 'Domestic Demand' sebesar 5%, namun akan tergerus kontribusi negatif dari faktor 'external balance' yang membuat pertumbuhan PDB secara overall sedikit lebih rendah,” tutur Ishfan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman