Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Upayakan Ketersediaan LNG di Jawa Bali, Ini yang Dilakukan Pertagas Niaga

        Upayakan Ketersediaan LNG di Jawa Bali, Ini yang Dilakukan Pertagas Niaga Kredit Foto: Pertagas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertagas Niaga (PTGN) selaku Afiliasi Subholding Gas Pertamina PT PGN Tbk. terus upayakan ketersediaan Liquified Natural Gas (LNG) bagi kebutuhan konsumen di Pulau Jawa, Bali, dan sekitarnya.

        Hal ini ditandai melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama dengan PT Likuid Nusantara Gas di Kantor Pusat PTGN. Penandatanganan dilakukan oleh President Director PTGN, Aminuddin dan Direktur Utama PT Likuid Nusantara Gas, Wira Rahardja.

        Presiden Direktur PTGN Aminuddin, mengatakan kerja sama ini tidak hanya menjawab kebutuhan LNG bagi konsumen di Pulau Jawa, Bali, dan sekitarnya namun juga berpotensi memperluas pasar.

        "Melalui kerja sama ini, PTGN tidak hanya berupaya menjaga keandalan layanan terhadap konsumen LNG existing di Jawa maupun Bali. Ke depan pasar LNG Jawa Bali pun berpotensi semakin luas mengingat sudah ada LNG plant di Pulau Jawa," ujar Aminuddin dalam keterangan tertulis yang diberikan, Selasa (20/2/2024). 
        Baca Juga: Ini Cara PGN Hadapi Tantangan Optimasi Utilisasi Gas Bumi di Masa Transisi

        Aminudin mengatakan, kerja sama ini memungkinkan untuk dikembangkan ke berbagai bentuk kerjasama lainnya yang akan mendukung bisnis dan memberikan nilai tambah bagi kedua belah pihak.

        Lanjutnya, pada tahun 2024 dan ke depan PTGN akan semakin agresif memperluas pasar gas bumi, LNG maupun CNG di Jawa dan Bali sehingga PTGN dapat terus memberikan kontribusi di masa transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) Indonesia di tahun 2060.

        "Pasar masih cukup luas, kesadaran lingkungan para pelaku industri juga sudah semakin baik, sementara LNG memiliki keunggulan diantaranya emisi karbon yang dihasilkan lebih rendah hingga 85%, menghasilkan panas yang lebih tinggi, lebih bersih, dapat disimpan dalam tekanan rendah dan memiliki jarak tempuh lebih panjang sehingga sangat berpotensi menjadi alternatif energi untuk menggerakkan industri di masa transisi energi ini," ucapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: