Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jurus Jitu Hindari FOMO: Saring Berita Tranding, Batasi dan Kontrol Diri Akses Media Sosial

        Jurus Jitu Hindari FOMO: Saring Berita Tranding, Batasi dan Kontrol Diri Akses Media Sosial Kredit Foto: Unsplash/Árpád Czapp
        Warta Ekonomi, Kampar -

        Meski di bulan Ramadan, apa yang pertama dipegang sebagian besar kita saat bangun sahur? AlQur’an atau handphone? Jawabannya, masih lebih banyak yang langsung memegang handphone.

        ”Rasa cemas, takut ketinggalan informasi tentang sesuatu atau fear of missing out (FOMO), kini memang menjangkiti sebagian kita. Padahal, hal itu justru berpotensi memicu kecemasan yang berdampak negatif,” kata Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Deny Yudiantoro.

        Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatulah (SATU) Tulungagung itu menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau di Kabupaten Kampar, Senin (18/3).

        Baca Juga: Kedepankan Etika dan Budaya Saat Berkomentar di Media Sosial

        Webinar diikuti secara nobar oleh ratusan siswa dan tenaga pendidik di sejumlah sekolah di Kabupaten Kampar. Di antaranya, SMPN 1 Kampar, SMPN 2 dan SMPN 7 Tapung Hulu, dan di SMPN 1 Gunung Sahilan. Dipandu Fitta Mamita selaku moderator, diskusi online ini mengupas topik ”Fenomena FOMO/Kritis terhadap Berita Viral”.

        Terkait topik webinar, Deny Yudiantoro menyarankan untuk tidak latah merespons berita viral. Biasakan untuk saring berita tranding sebelum sharing. ”Ini penting, agar hidup kita selalu positif dan selalu kritis terhadap informasi di media sosial (medsos). Kalau tak butuh, sebaiknya batasi diri atas informasi di medsos,” kata Deny.

        Dari perspektif lain, musisi Rio Alief Radhanta mencontohkan, kita terkadang kepo ketika tahu ada sebagian orang mampu nonton konser Taylor Swift di Singapura. Padahal, harga tiket termurah Rp 9 juta. Di sinilah perlunya kontrol dan pembatasan diri kalau tak mampu.

        ”Tidak usah memaksakan ambil pinjol atau jasa paylater untuk ikut nonton konser, yang buntutnya malah kita berkubang utang. Ingin FOMO, lalu maksain ikut tren, hidup kita malah berantakan,” urai Rio Alief terkait dampak serius kalau kita tidak mengendalikan FOMO secara kritis dan bijak.

        Baca Juga: Ingat Etika Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Tanpa Kebablasan

        Masih terkait FOMO, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar Darwin menyebut pentingnya peran guru dan orangtua saat siswa – di sekolah maupun di rumah – mengakses berita viral di beragam akun medsos kapan saja dan di mana saja.

        ”Guru dan orangtua sangat penting hadir tepat waktu dan menjadi teman diskusi yang bisa mengarahkan secara bijak dan kritis saat anak mengakses informasi di medsos,” kata Darwin.

        Ketika ada berita viral, cek dulu bersama guru dan orangtua kebenaran sumber beritanya. Juga, keaslian video atau fotonya, terlebih saat ada berita dengan judul bombastis. Dengan cara itu, akan terbentuk karakter pada siswa untuk tidak asal sharing informasi tanpa cek dulu, apalagi sampai mem-bully teman sendiri.

        ”Hindari hal itu dalam pergaulan di internet. Sebab, dunia internet dan dunia nyata itu sama: ada tata krama. Ada etika dunia internet (netiket) yang harus dihormati dan berisiko hukum serius kalau dilanggar saat penerapan dalam pergaulan. Kalau dicubit sakit, jangan suka mencubit,” pesan Darwin.

        Untuk diketahui, webinar seperti dihelat di Kabupaten Kampar ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.

        Hingga akhir 2023, tercatat 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan #literasidigitalkominfo ini, yang dimulai sejak 2017. Program ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia sampai dengan akhir 2024.

        Baca Juga: Bangun Citra Diri Positif dengan Postingan Media Sosial Bermanfaat

        Tahun ini, program mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, GNLD membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.

        Informasi lebih lanjut terkait literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: