Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hoaks Bisa Dilawan, Begini Caranya!

        Hoaks Bisa Dilawan, Begini Caranya! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomin) menyelenggarakan webinar mengenai  penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024, Rabu, 17 April 2024, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tema yang diangkat adalah "Langkah Cerdas Melawan Hoaks di Ruang Digital".

        Sebagai narasumber dalam webinar ini adalah Dosen UPN Veteran Jakarta serta Relawan REDAXI dan JAPELIDI Rut Rismanta Silalahi; Sekretaris Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Muh Ansari; dan Direktur BanuaMentor Andi Rizky Hardiansyah. Selaku pembicara kunci webinar ini adalah Ketua Umum PW IPM Sulawesi Selatan Zul Jalali Wal Ikram. Turut hadir dalam webinar ini adalah komunitas PW IPM Sulawesi Selatan.

        Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.

        Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level "sedang". Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.

        Dalam pidato kuncinya, Zul Jalali Wal Ikram menyampaikan, peningkatan kemampuan penggunaan internet secara aman dan produktif telah membawa perubahan besar dalam cara berkomunikasi, belajar, dan bekerja. Namun, kemajuan tersebut juga memunculkan berbagai tantangan. Tanpa literasi digital yang memadai, kita berisiko terperangkap dalam arus informasi palsu, jebakan privasi, dan ancaman keamanan online. 

        "Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk terus meningkatkan aspek literasi digital. Kegiatan ini, kami berharap menjadi langkah awal yang menginspirasi untuk meningkatkan kesadaran dalam hal literasi digital," tuturnya.

        Mengawali paparannya, Rut Rismanta Silalahi menyampaikan, informasi palsu atau kabar bohong alias hoaks paling banyak ditemukan pada topik seputar politik dan infotainment. Berikutnya adalah pada isu-isu seputar ekonomi dan pemerintahan. Media sosial menjadi sarana atau medium yang paling banyak ditemukan hoaks, yakni sekitar 59,75 % dan disusul oleh aplikasi percakapan 29,12 %, serta situs berita sebanyak 11,12 %.

        "Kenapa orang mudah percaya dengan hoaks? Mengutip pernyataan Gordon Pennycook dari Universitas Regina's Hill, orang percaya hoaks lantaran mereka malas. Mereka tidak memberi perhatian lebih terhadap informasi yang mereka simak (tidak bersikap kritis)," kata Rut.

        Agar tidak terjebak hoaks, lanjutnya, warganet harus kritis terhadap semua informasi yang beredar, terutama dari media sosial. Disarankan untuk membaca sebuah berita secara utuh dan tuntas dengan tidak hanya membaca judulnya saja. Langkah berikutnya adalah memeriksa secara berulang (verifikasi) apakah informasi tersebut sudah benar atau tidak.

        Muh Ansari menambahkan, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mengenali apakah sebuah informasi termasuk dalam kategori hoaks atau bukan. Menurut dia, ciri-ciri hoaks antara lain judul yang terlalu bombastis dan alamat situs yang tidak jelas atau kurang populer. Hoaks umumnya meminta berita itu disebarkan atau diviralkan. Tak jarang, hoaks menggunakan foto atau gambar palsu yang sudah dimanipulasi.

        "Selain itu, agar tak termakan hoaks, sebuah informasi bisa dicek atau diperiksa ulang di kanal cek fakta media seperti yang ada di tempo.co, kompas.com, liputan6.com, maupun di medcom.id," ujarnya.

        Untuk melawan hoaks, menurut Andi Rizky Hardiansyah, dibutuhkan kerja sama banyak pihak untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat. Selanjutnya adalah pendampingan yang berkelanjutan dari komunitas atau pegiat literasi digital. Langkah lebih lanjut adalah penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang sengaja menyebarkan hoaks sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.

        Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sufri Yuliardi
        Editor: Sufri Yuliardi

        Bagikan Artikel: