Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jaga Ketahanan Energi dan Dukung Stabilitas Perekonomian, Ekonom Senior: Keputusan Bijak Pertamina

        Jaga Ketahanan Energi dan Dukung Stabilitas Perekonomian, Ekonom Senior: Keputusan Bijak Pertamina Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Optimisme dan komitmen Pertamina untuk terus menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung stabilitas perekonomian, dinilai tepat dan bijak. Di tengah kondisi geopolitik yang terus meningkat di Timur Tengah, yang berpotensi membuat harga crude oil terus melesat, sikap tersebut dinilai sebagai wujud kehadiran negara melalui Pertamina. Demikian disampaikan ekonom senior Institute for Social, Economic, and Digital (ISED), Ryan Kiryanto. 

        “Saya harus mengatakan, ini merupakan keputusan yang bijak. Dalam keadaan apa pun negara melalui Pertamina harus hadir. Nah bentuk kehadiran negara tersebut, adalah ikut menstabilkan harga di pasar, yang menjadi konsumsi masyarakat banyak. Termasuk juga bahwa Pertamina terus memelihara pasokan BBM guna menjaga ketahanan energi,” jelas Ryan kepada media hari ini.

        Menurut Ryan, optimisme dan komitmen Pertamina tersebut sangat penting, terutama dalam kondisi saat ini. Melesatnya harga minyak dunia akibat kondisi geopolitik, lanjut dia, memang sangat berpengaruh kepada perekonomian nasional. Terlebih, dibarengi dengan melemahnya nilai tukar mata uang. Itu sebabnya, lanjut Ryan, Pemerintah harus mendukung Pertamina. 

        “Harus (mendukung). Jika dalam situasi geopolitik seperti sekarang, Pertamina menaikkan harga BBM misalnya, maka efek spiralnya ke mana-mana. Ada yang namanya first round effect yaitu pembeli BBM akan langsung terpukul karena harga tiba-tiba menjadi lebih mahal,” urai Ryan.

        Tidak hanya itu. Yang berbahaya, imbuh Ryan, adalah second round effect yakni harga barang-barang akan mengikuti kenaikan harga BBM tersebut. “Ujungnya, kalau harga barang kelompok barang pokok naik, yang terjadi adalah inflasi,” kata dia.

        Bahkan, selain kenaikan harga barang di dalam negeri, kenaikan harga barang di luar negeri juga membuat semakin berat. Kondisi demikian, menurut Ryan, disebut sebagai imported inflation. Yakni, kenaikan harga akibat tingginya harga barang dari luar negeri. “Sehingga kita akan terkena double inflation factor, dimana causa prima-nya adalah risiko geopolitik yang meningkat,” urai Ryan.

        Dan jika itu terjadi, lanjut Ryan, tentu sangat memberatkan masyarakat. “Makanya, Pertamina sebagai BUMN di tengah situasi yang sedang hangat secara geopolitik, tentu dari sisi timing, pilihan terbaik adalah tidak menyesuaikan harga BBM dahulu sambil terus menjaga ketahanan energi,” lanjutnya.

        Terus meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, memang memicu kenaikan harga minyak dunia. Jumat (26/4) misalnya, harga minyak WTI naik 0,39% ke US$ 83,90 per barel. Sedangkan jenis Brent naik 0,38% ke US$ 89,35 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 2,04%. Pada periode yang sama, harga minyak Brent menguat 2,36%

        Begitupun, di tengah kondisi tersebut, Pertamina memang optimis dan terus berkomitmen untuk selalu menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung stabilitas perekonomian. 

        Sebagaimana disampaikan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati sebelumnya, bahwa Pertamina akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pengendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: