Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OJK Ungkap Beberapa Tantangan Berat: IKN hingga Ekonomi Global

        OJK Ungkap Beberapa Tantangan Berat: IKN hingga Ekonomi Global Kredit Foto: OJK
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), Mahendra Siregar, menyebut ada beberapa tantangan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh OJK di tengah prahara perekonomian negara dan global.

        Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (26/6/2024), Mahendra merinci beberapa tantangan yang dimaksud. Untuk tantangan internal, OJK harus memenuhi infrastruktur kantor pusat di IKN dan kantor OJK di daerah.

        Baca Juga: Kalah Banding di Kasus Kresna Life, OJK Bakal Tempuh Upaya Hukum Lainnya

        "Sampai saat ini, gedung ataupun infrastruktur kantor di Jakarta itu dipinjamkan oleh Kementerian Keuangan, disewa,” kata Mahendara, Rabu (26/6/2024).

        Di sisi lain, pihaknya juga dituntut untuk memenuhi formasi efektif sumber daya manusia (SDM) guna mendukung penambahan kewenangan pengawasan sebagaimana amanat UU P25K.

        Maka dari itu, untuk mewujudkan hal tersebut OJK bertekad setidaknya mencapai 85% dari formasi SDM yang sudah dipetakan. Akan tetapi, menurut Mahendra hal tersebut baru akan dicapai dalam beberapa tahun ke depan dan dimulai secara massif pada tahun 2025 dengan cara melakukan rekrutmen dua angkatan.

        Tantangan internal lainnya adalah perlunya pemenuhan komposisi dan kompetensi penyidik OJK serta dukungan infrastruktur penyidikan.

        “Lalu, pengembangan sistem informasi untuk mendukung pengawasan dan perizinan terintegrasi. Serta, penguatan infrastruktur IT untuk mendukung pelaksanaan tugas dan pengamanan aplikasi dalam upaya pencegahan serangan siber,” jelasnya.

        Adapun tantangan eksternal yang dihadapi oleh OJK yakni proses transisi peralihan wewenang baru OJK dalam pengawasan asset kripto serta koperasi jasa keuangan (open loop) termasuk penyelesaian ketentuan (RPP) dalam rangka pelaksanaan wewenang pengawasan baru. Dan hal tersebut masih berlangsung.

        “Selanjutnya, peningkatan kualitas penawaran efek di pasar perdana dan likuiditas transaksi saham yang wajar di pasar sekunder,” katanya.

        Baca Juga: OJK Luncurkan Layanan Perizinan BPR dan BPRS via Aplikasi SPRINT

        Lebih lanjut, Mahendra juga menuturkan pentingnya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan untuk produk syariah dan produk selain pada sektor perbankan. Misalnya penanganan entitas illegal baik pinjaman online (pinjol) illegal, investasi illegal atau bodong, serta transaksi keuangan illegal seperti judi online yang marak belakangan ini.

        Bagaimana dengan Perekonomian Global?

        Dalam kesempatan yang sama, Mahendra turut mengungkapkan bahwa saat ini perekonomian global 2024 sedang menunjukkan gejolak tidak pasti yang masih tinggi.

        Baca Juga: Era Digital, OJK Minta Generasi Muda Jauhi Fomo, Yolo dan Fopo

        Pertumbuhan dari 2024 menurut dia cenderung sideways, dan diiringi oleh divergensi yang tinggi disebabkan oleh inflasi di Amerika Serikat (AS). Tak hanya AS, dunia juga menghadapi risiko stagflasi di Eropa dan perlambatan ekonomi di Tiongkok.

        “Sedangkan untuk 2025, pertumbuhan ekonomi global juga diperkirakan masih sideways, artinya tidak akan ada perubahan berarti dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dilihat dari pertumbuhan yang diprakirakan IMF maupun World Bank nampaknya tahun depan masih kurang lebih sama dengan tahun ini,” ucapnya.

        Terkait masa depan pertumbuhan ekonomi di tahun 2025, Mahendra mengatakan bahwa semua itu tergantung pada perkembangan di China.

        Tantangan lainnya adalah kebijakan keuangan global yang mulai akan menuju konvergensi dengan suku bunga yang diperkirakan bakal menurun. Di lain sisi, ruang pemerintah negara-negara barat serta industri menghadapi stimulus fiscal yang sangat terbatas. Sehingga, diramalkan pertumbuhan menurut IMF adalah 3,2% dan World Bank adalah 2,7%.

        Pemerintah, dalam ranah domestik sendiri, masih optimis bahwa ekonomi bakal membaik kendati ekspor di tahun 2024 mengalami tekanan tajam. Seiring dengan hal tersebut, penurunan harga komoditas dan permintaan global terjadi di mana-mana sehingga besaran dari defisit neraca transaksi berjalan (current account) dipengaruhi oleh berbagai regulasi dan kebijakan domestik. Mengingat kondisi global yang masih sekarat.

        "Kebijakan moneter dalam negeri lebih fokus menjaga rupiah, sementara kinerja sektor keuangan melanjutkan normalisasi, namun perlu dicermati pergerakan risiko kredit,” katanya.

        Mahendra melanjutkan, permintaan global di tahun 2025 diperkirakan masih melandai. Sehingga, harga komoditas khususnya pangan bakal stabil terutama dengan berakhirnya El Nino. Laju pertumbuhan ekonomi 2025 pun diprediksi akan dipengaruhi oleh keberhasilan reformasi structural dan terjaganya investasi itu sendiri.

        Baca Juga: OJK: Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil Berkat Kinerja Intermediasi yang Kuat

        "Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan PDB di 5,3%, sedangkan beberapa lembaga di dunia memperkirakan pertumbuhan Indonesia di kisaran antara 5,0-5,2%," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: