Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri), Muslim, mengatakan ada banyak negara dari Eropa dan Barat yang iri dengan keunggulan sawit Indonesia. Hal itulah yang mendasari banyaknya kampanye hitam yang berasal dari Barat.
Dalam workshop hilirisasi minyak sawit menjadi produk oleopangan, oleokimia dan biofuel: peluang dan tantangan yang diadakan di Palembang baru-baru ini, dirinya menjelaskan alasan mengapa orang-orang Barat begitu iri terhadap sawit.
Baca Juga: Tekan Konflik Agraria, Pemerintah Kawal Pendaftaran Lahan Sawit di Indonesia
“Indonesia bisa menjadi raja sawit dunia, karena luasnya efisien dan penggunaan lahan sedikit hanya 4,5 persen dari total lahan produksi minyak nabati. Akan tetapi, bisa menghasilkan 34,2 persen minyak sawit nabati dunia,” kata dia seperti dikutip Warta Ekonomi, Rabu (24/7/2024).
Sementara untuk komoditas kedelai, Muslim menyebut bahwa lahan yang digunakan hanya 40,5% namun produksi yang menggunakan lahan tersebut hanya seluas 30,2%.
Keunggulan lain dari sawit adalah harganya yang lebih murah untuk diproduksi dibandingkan dengan komoditas lain serupa kedelai, minyak matahari, jagung, olive oil (minyak zaitun) dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dia menegaskan sawit harus dipandang sebagai anugerah dan keunggulan luar biasa yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca Juga: DPR Soroti Migrasi Sawit, Ingatkan Soal Kawasan Hutan
Kontribusi sawit lainnya adalah berhasil menyerap sebanyak 16,5 juta tenaga kerja dan mampu menghidupi total 70,4 juta jiwa di Indonesia.
Peluang produk turunan sawit, apabila hilirisasi digencarkan, juga beragam. Misalnya untuk produk detergen, sabun, margarin, cokelat, biodiesel hingga produk makanan lainnya.
Dengan kata lain, dia menyebut bahwa sawit terus mendampingi tiap sendi kehidupan manusia dari bangun tidur sampai terlelap kembali.
Baca Juga: Keuntungan hingga Produktivitas, Kemitraan Jadi Kunci Optimalnya Ekosistem Sawit
“Bisa dikatakan miracle plan,” ucap Muslim.
Lebih lanjut, dengan berbagai keunggulan tersebut Muslim menjelaskan industri sawit masih harus menghadapi berbagai tantangan mulai dari produksi sentra yang masih sangat terbatas, hingga riset serta sumber daya manusianya yang masih kurang.
Selain itu, kendala lainnya yakni Indonesia masih menghadapi tantangan dari negara maju yang hendak menjual crude palm oil (CPO) atau palm kernel oil (PKO) mengolah bioenergi bisa untung banyak yang didapatkan oleh negara luar.
Baca Juga: CPOPC: Eropa Sering Kritik Sawit karena Persaingan Pasar
“Negara lain juga menahan laju perkembangan sawit nasional dengan isu merusak lingkungan, kebakaran hutan dan lahan, kerusakan lingkungan dan sebagainya,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: