Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        6 Nelayan Sudah Meninggal, Waspada Gejala Infeksi Leptospirosis!

        6 Nelayan Sudah Meninggal, Waspada Gejala Infeksi Leptospirosis! Kredit Foto: Unsplash/Eduardo Barrios
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan jika nelayan adalah salah satu kelompok yang rentan terkena leptospirosis yang merupakan penyakit ditularkan oleh urine tikus.

        Hal tersebut dia sampaikan merespons enam nelayan di Merak, Banten yang meninggal diduga akibat leptospirosis.

        Baca Juga: ASEAN Dengue Day 2024: Enesis Group dan Kemenkes Gelar Lomba Gerak dan Lagu Mars 1 Rumah 1 Jumantik

        Dalam keterangan tertulisnya, Nadia menyebutkan bahwa kasus leptospirosis ini banyak terjadi saat banjir. Pasalnya, air seni tikus dapat tercampur dengan air banjir lalu menginfeksi manusia.

        "Gejala mirip flu berat tapi sering ada bengkak di kaki dan tangan serta kulit yang kuning. Seringkali dikira penyakit hepatitis," papar Nadia, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (7/8/2024).

        Dirinya pun menjelaskan bahwa ada obat untuk leptospirosis ini sehingga masih ada harapan bagi mereka yang terjangkit. Apabila mereka yang terjangkit tidak diobati, maka bisa menyebabkan kerusakan hati sehingga berujung pada kematian. Oleh sebab itu dirinya mengimbau kepada masyarakat, khususnya nelayan, agar selalu menggunakan alas kaki saat banjir, serta memastikan bahwa rumah bersih dan bebas dari tikus.

        Lebih lanjut, dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditemukan di air atau tanah yang terkontaminasi. Menurut situs tersebut, risiko meningkat setelah terjadinya hujan lebat, banjir, atau siklon tropis.

        Baca Juga: Perluas Jangkauan Promosi Kesehatan, Kemenkes Gandeng Merry Riana

        Infeksi juga dapat terjadi apabila manusia menyentuh cairan tubuh dari binatang yang terjangkit atau mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi urin binatang yang telah terinfeksi leptospirosis.

        CDC menjelaskan, apabila tinggal di suatu tempat atau gedung yang dihuni banyak orang yang tinggal berrdempetan, maka terdapat risiko terinfeksi penyakit itu.

        Selain itu, sejumlah kegiatan yang dapat meningkatkan risiko infeksi, antara lain berenang atau arung jeram, berburu, berkebun, beternak, atau bekerja di klinik binatang.

        Baca Juga: BPJS Kesehatan, Kemenkes, KPK, dan BPKP Berkolaborasi untuk Mencegah Fraud

        Selain penyakit hati, CDC juga menjelaskan jika penyakit tersebut bisa menyebabkan meningitis serta kesulitan bernapas. Secara global, setiap tahunnya, ada sekitar 1 juta kasus dengan angka kematian mencapai 60 ribu jiwa.

        Sebagai informasi, Dirpolairud Polda Banten, Kombes Yunus Hadith Pranoto di Serang, Minggu (4/8/2024) mendapatkan informasi pada pukul 00.30 WIB ada enam mayat dan satu orang ditemukan dalam keadaan kritis di Kapal KM Sri Mariana. Selain itu, kata Hadith, terdapat delapan penumpang kapal yang mendapat penanganan medis.

        Baca Juga: Atasi Inflasi Biaya Medis, Kemenkes Ajak Masyarakat Belanja Berkualitas

        Dia menyebutkan, jasad para korban dievakuasi dengan menggunakan kantong mayat dan dibawa ke RS Drajat Prawira Serang. Sedangkan, sembilan orang lainnya dalam keadaan sakit salah satunya kritis dievakuasi ke RS Krakatau Steel.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: